Kanker Laring
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker merupakan massa jaringan
abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah mati. Tumbuh tidak terkoordinasi
dengan jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia tumbuh. Kanker Laring
adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya di
tenggorokan. Secara anatomi karsinoma di bagi atas 3 bagian yaitu supra giotik,
tumor pada puka ventrikularis, aritenoid, epigiatis dan sinus periforanus.
(Glatis : tumor pada korda vokalis, subglotis : tumor dibawah koida vokalis).
Kanker adalah sebuah penyakit umum
disemua Negara didunia banyak diderita orang tua umur 40 tahun keatas.
Kemungkinan terbesar orang mendapat kanker pada umur >60 tahun, dan
memberikan kemampuan hidup (survival rate) 5 tahun hanya berkisar antara 9 -32
% pada wanita dan kurang lebih 9 -42 % pada pria. Di negara-negara maju
rata-rata orang meninggal karena kanker adalah satu diantara empat kematian
(1:4 ). Di Eropa dan Amerika kanker laring merupakan penyakit kanker nomer satu
dari kebidang THT. Tapi di Indonesia nomer satu adalah kanker nasofaring,
sedangkan kanker laring hanya menmpati urutan ke dua dan ketiga dari setiap
tahunnya. Bila di bandingkan kanker seluruh tubuh kanker laring menempati
urutan ke 14, sedangkan kanker nasofaring menempati urutan ke tiga atau ke
empat. Walaupun knker larin menempati urutan ke dua atau tiga dari keganasan
THT, tapi pada umumnya mempunyai prognosa yang kurang baik
Oleh karena itu untuk mengurangi hal
tersebut peran perawat sangat diperlukan untuk mencegah dan memperkecil dampak
yang disebabkan oleh kanker laring dengan cara memberikan asuhan keperawatan
yang efesien. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui lebih
dalam dan ingin membantu memecahkan masalah kesehatan pada klien dengan kanker
laring
1.2. Rumusan
Masalah
1.2.1
Bagaimana anatomi dan fisiologi ?
1.2.2
Bagaimana Pengertian dari kanker laring ?
1.2.3
Bagaimana etiologi kanker laring ?
1.2.4
Bagaimana pathofisiologi & pathway ?
1.2.5
Bagaimana Pengkajian ?
1.2.6
Bagaimana Diagnosa keperawatan ?
1.2.7
Bagaimana Planning, implementasi dab evaluasi dalam Keperawatan ?
1.3. Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
a.
Untuk mendapatkan gambaran teori dan Asuhan Keperawatan pada klien denan kanker
laring
1.3.2
Tujuan Khusus
a.
Mampu mengetahui dasar teori dari kanker laring
b. Mampu
melaksanakan pengkajian terhadap klien, menganalisa data dan menentukan
diagnosa keperawatan serta menetapkan prioritas masalah yang utama.
c.
Mampu menyusun
rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien sesuai dengan
prioritas masalah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Anatomi dan fisiologi
2.2
Pengertian
Penyakit Kanker Laring adalah keganasan
pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya di tenggorokan.
Kanker di laring hampir selalu merupakan karsinoma sel skuamosa. Kanker yang
biasa terjadi pada perokok. Kanker pita suara sejati, berbeda dengan karsinoma
supraglotis dan subglotis, biasanya ditemukan dini karena dampaknya pada suara.
Bila kanker pita suara terdiagnosis dini, maka dapat dicapai angka penyembuhan
98% dengan operasi singkat, tanpa keperluan trakeostomi permanen atau
kehilangan suara. Sebaliknya pada kasus lanjut, mungkin memerlukan terapi yang
lama, kehilangan laring dan kadang-kadang reseksi bedah yang mencakup faring
atau laher.
2.3
Etiologi kanker laring
Kanker laring (pita suara) biasanya
lebih banyak ditemukan pada pria dan berhubungan dengan rokok serta pemakaian
alkohol. Adapun penyebab lain biasanya tidak dapat diketahui secara pasti
karena penyebab kanker dapat merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik
dan lingkungan. Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko
terjadinya kanker, sebagai berikut :
2.3.1
Faktor Lingkungan
Merokok
sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru – paru, mulut, laring (pita
suara), dan kandung kemih darah, seperti Leukemia.
2.3.2
Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia.
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain
penyebab kanker, terutama kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan
yang dapat menyebabkan kanker adalah Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam
bentuk acar) meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung. Minuman yang
mengandung alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap kanker
kerongkongan. Zat pewarna makanan. Logam berat seperti merkuri yang sering
terdapat pada makanan laut yang tercemar seperti: kerang, ikan. Berbagai makanan
(manis,tepung) yang diproses secara berlebihan.
2.3.3
Virus
Virus
yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain Virus Epstein –
Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China virus ini
menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi
karena faktor lingkungan dan genetik.
2.4
Klasifikasi
2.4.1
Tumor Ganas Laring
a.
Glotis
Tis Karsinoma insitu
1.
T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara
masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
2.
T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat
bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).
3.
T3 Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir.
4.
T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar
dari laring.
b.
Subglotis
Tis karsinoma insitu
1. T1
Tumor terbatas pada daerah subglotis
2. T2
Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah
terfiksir.
3. T3
Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
4. T4
Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring
atau dua-duanya.
c.
Metastasis Jauh (M)
1.
Mx Tidak terdapat/ terdeteksi
2.
M0 Tidak ada metastasis jauh
3.
M1 Terdapat metastasis jauh.
2.4.2
Stadium
a.
ST1 T1 N0 M0
Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi
gerakan pita suara masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior
atau posterior. Tumor terbatas pada daerah subglotis. Tidak ada metastasis jauh
b.
ST II T2 N0 M0
Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita
suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility). Tumor
sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir.
Tidak ada metastasis jauh
c.
STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0
Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir.
Tidak ada metastasis jauh
d.
STIV T4 N0/N1 M0
Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid
atau sudah keluar dari laring. Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan
atau perluasan ke luar laring atau dua-duanya.
e.
T1/T2/T3/T4 N2/N3
f.
T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1
2.5
Pathofisiologi & pathway
Karsinoma laring banyak dijumpai pada
usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki.Hal ini mungkin
berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia
toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara
pasti oleh para ahli.Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua
penyakit keganasan.Terutama neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel
skuamosa.Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan
lambat.Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase
kearah kelenjar limfe.Bila kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase
lebih umum terjadi.Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum
mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak.Tumor pita suara yang
sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan.
2.6
Pencegahan dan Pengobatan
2.6.1 Pencegahan
2.6.2 Pengobatan
Pada
kasus karsinoma laring dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan
pengangkatan laring (Laringektomi).Pengobatan dipilih berdasar
stadiumnya.Radiasi diberikan pada stadium 1 dan 4. Alasannya mempunyai
keuntungan dapat mempertahankan suara yang normal, tetapi jarang dapat
menyembuhkan tumor yang sudah lanjut, lebih-lebih jika sudah terdapat
pembesaran kelenjar leher. Oleh karena itu radioterapi sebaiknya dipergunakan
untuk penderita dengan lesi yang kecil saja tanpa pembesaran kelenjar leher.
Kasus yang ideal adalah pada tumor yang terbatas pada satu pita suara, dan
masih mudah digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita dengan keadaan yang
demikian dapat sembuh sempurna dengan radioterapi serta dapat dipertahankannya
suara yang normal. Fiksasi pita suara menunjukkan penyebaran sudah mencapai
lapisan otot. Jika tumor belum menyebar kedaerah supraglotik atau subglotik,
lesi ini masih dapat diobati dengan radioterapi, tetapi dengan prognosis yang
lebih buruk.
Penderita
dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran kelenjar limfe leher,
pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi radikal kelenjar
leher.Dalam hal ini masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada jenis tumor supra
dan subglotik. Pada penderita ini kemungkinan sembuh tidak begitu besar, hanya
satu diantara tiga penderita akan sembuh sempurna. Laringektomi
diklasifikasikan kedalam :
a.
Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita
suara dan trakeotomi sementara yang di lakukan untuk mempertahankan jalan napas.
Setelah sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
b. Hemilaringektomi
atau vertikal. Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara satu benar dan
satu salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan setengah
kartilago tiroid. Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien akan parau
setelah pembedahan.
c.
Laringektomi
supraglotis atau horisontal. Bila tumor berada pada epiglotis atau pita suara
yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien masih
utuh atau tetap normal. Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat
makanan peroral meningkat.
d. Laringektomi
total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar laring, memerlukan
pengangkatan laring, tulang hihoid, kartilago krikoid,2-3 cincin trakea, dan
otot penghubung ke laring. Mengakibatkan kehilangan suara dan sebuah lubang (
stoma ) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak ada bahaya aspirasi
makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi berhubungan dengan saluran udara
– pencernaan. Suatu sayatan radikal telah dilakukan dileher pada jenis
laringektomi ini. Hal ini meliputi pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar
limfe di leher, otot sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf
spinal asesorius, kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar
parotis (Sawyer, 1990).Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara
atau berbicara. Tetapi kasus yang dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan
pada mereka berbicara menggunakan esofagus (Esofageal speech), meskipun
kualitasnya tidak sebaik bila penderita berbicara dengan menggunakan organ
laring. Untuk latihan berbicara dengan esofagus perlu bantuan
seorang binawicara.
2.7
Pengkajian
Data pre dan posoperasi tergantung pada tipe kusus atau
lokasi proses kanker dan koplikasi yang ada. Pengkajian adalah tahap awal dari
proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien.
2.7.1
Identitas klien
Nama,
tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status,
agama, alamat, hubungan klien dengan penanggung jawab.
2.7.2
Pemeriksaan fisik.
2.7.3
Riwayat kesehatan sekarang.
2.7.4
Riwayat kesehatan lalu.
a.
INTEGRITAS EGO
Gejala
: Perasaan takut akan kehilangan suara,mati, terjadi atau berulangnya kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan
keuangan. Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak operasi.
b. MAKANAN
ATAU CAIRAN
Gejala
:Kesulitan menelan. Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan,
sakit tenggorok yang menetap.Bengkak, luka. Inflamasi atau drainase oral,
kebersihan gigi buruk. Pembengkakan lidah dan gangguan gag reflek.
c.
HIGIENE
Tanda
: kemunduran kebersihan gigi. Kebutuhan bantuan perawatan dasar.
d. NEUROSENSORI
Gejala
: Diplopia (penglihatan ganda), ketulian. Tanda : Hemiparesis wajah
(keterlibatan parotid dan submandibular). Parau menetap atau kehilangan suara
(gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik). Kesulitan menelan. Kerusakan
membran mukosa.
e.
NYERI ATAU KENYAMANAN
Gejala
: Sakit tenggorok kronis, benjolan pada tenggorok. Penyebaran nyeri ke telinga,
nyeri wajah (tahap akhir, kemungkinan metastase). Nyeri atau rasa terbakar
dengan pembengkakan (kususnya dengan cairan panas), nyeri lokal pada orofaring.
Pascaoperasi : Sakit tenggorok atau mulut (nyeri biasanya tidak dilaporkan
kecuali nyeri yang berat menyertai pembedahan kepala dan leher, dibandingkan
dengan nyeri sebelum pembedahan). Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri
wajah dan gangguan tonus otot.
f.
PERNAPASAN
Gejala
: Riwayat merokok atau mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu serbuk kayu,
kimia toksik atau serbuk, dan logam berat. Riwayat penyakit paru kronik. Batuk
dengan atau tanpa sputum. Drainase darah pada nasal. Tanda : Sputum dengan
darah, hemoptisis, dispnoe ( lanjut ), dan stridor.
g.
KEAMANAN
Gejala
: Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau
radiasi.Perubahan penglihatan atau pendengaran. Tanda : Massa atau pembesaran
nodul.
h.
INTERAKSI SOSIAL
Gejala
: masalah tentang kemampuan berkomunikasi, dan bergabung dalam interaksi
sosial. Tanda : Parau menetap,perubahan tinggi suara, bicara kacau, enggan
untuk bicara,dan menolak orang lain untuk memberikan perawatan atau terlibat
dalam rehabilitasi.
2.8
Diagnosa keperawatan
2.8.1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan
sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan
menelan, serta sekresi banyak dan kental.
2.8.2 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi
(pengangkatan batang suara) dan hambatan fisik (selang trakeostomi).
2.8.3 Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya
selang nasogastrik atau orogastrik.
2.8.4 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
jenis masukan makanan sementara atau permanen, gangguan mekanisme umpan balik
keinginan makan, rasa, dan bau karena perubahan pembedahan atau struktur,
radiasi atau kemoterapi.
2.8.5 Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi
wajah dan leher.
2.9
Planning, implementasi dab evaluasi dalam keperawatan
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan pengangkatan sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk
bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.
|
|
Tujuan : Klien akan
mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
|
|
Kriteria hasil : Bunyi napas
bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis,frekwensi napas normal.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Awasi frekwensi atau kedalaman pernapasan. Auskultasi
bunyi napas. Selidiki kegelisahan, dispnea, dan sianosis.
b. Tinggikan
kepala 30-45 derajat
c.
Dorong menelan bila pasien mampu.
d. Berikan
humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen dan peningkatan
masukan cairan.
e.
Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada.
|
a.
perubahan pada pernapasan, adanya ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
b.
memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru.
c.
mencegah pengumpulan sekret oral menurunkan resiko
aspirasi. Catatan : menelan terganggu bila epiglotis diangkat atau edema
paskaoperasi bermakna dan nyeri terjadi.
d.
fisiologi normal ( hidung) berarti menyaring atau
melembabkan udara yang lewat.Tambahan kelembaban menurunkan mengerasnya
mukosa dan memudahkan batuk atau penghisapan sekret melalui stoma.
e. pengumpulan
sekret atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan pneumonia yang memerlukan
tindakan terapi lebih agresif.
|
Kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan batang suara) dan hambatan
fisik (selang trakeostomi).
|
|
Tujuan : Komunikasi
klien akan efektif .
|
|
Kriteria hasil : Mengidentifikasi
atau merencanakan pilihan metode berbicara yang tepat setelah sembuh
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Kaji atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas terganggu,gunakan
gambaran anatomik atau model untuk membantu penjelasan.
b.
Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain seperti pendengaran
dan penglihatan
c.
Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien misalnya
papan dan pensil, papan alfabet atau gambar, dan bahasa isyarat.
d.
Konsul dengan anggota tim kesehatan yang tepat atau terapis atau agen
rehabilitasi (contoh patologis wicara, pelayanan sosial, kelompok
laringektomi) selama rehabilitasi dasar dirumah sakit sesuai sumber
komunikasi (bila ada).
|
a.
untuk mengurangi rasa takut pada klien.
b.
adanya masalah lain mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi.
c.
memungkingkan pasien untuk menyatakan kebutuhan atau masalah. Catatan :
posisi IV pada tangan atau pergelangan dapat membatasi kemampuan untuk
menulis atau membuat tanda.
d.
Kemampuan untuk menggunakan pilihan suara dan metode bicara (contoh bicara
esofageal) sangat bervariasi, tergantung pada luasnya prosedur pembedahan,
usia pasien, dan motivasi untuk kembali ke hidup aktif. Waktu rehabilitasi
memerlukan waktu panjang dan memerlukan sumber dukungan untuk proses belajar.
|
Nyeri akut berhubungan dengan
insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya selang nasogastrik atau
orogastrik.
|
|
Tujuan : Nyeri klien
akan berkurang atau hilang.
|
|
Kriteria hasil : Klien
mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekpresi wajah ceria
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Sokong kepala dan leher dengan bantal.Tunjukkan pada pasienbagaimana
menyokong leher selama aktivitas.
b. Dorong pasien
untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila tidak
mampu menelan
c.
Catat indikator non verbal dan respon automatik
terhadap nyeri. Evaluasi efek analgesik.
d. Kolaborasi
dengan pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan Darvon sesuai indikasi.
|
a.
kelemahan otot diakibatkan oleh reseksi otot dan saraf pada struktur leher
dan atau bahu. Kurang sokongan meningkatkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan
cedera pada area jahitan.
b.
menelan menyebabkan aktivitas otot yang dapat menimbulkan nyeri karena edema
atau regangan jahitan.
c.
alat menentukan adanya nyeri dan keefektifan obat
d.
derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai
dengan kondisi tubuh.Diharapkan dapat menurunkan atau menghilangkan nyeri.
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan jenis masukan makanan sementara
atau permanen, gangguan mekanisme umpan balik keinginan makan, rasa, dan bau
karena perubahan pembedahan atau struktur, radiasi atau kemoterapi.
|
|
Tujuan : Klien akan
mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
|
|
Kriteria hasil : Membuat
pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi individu,
menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan atau insisi sesuai
waktunya
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Auskultasi bunyi usus
b. Pertahankan
selang makan, contoh periksa letak selang : dengan mendorongkan air hangat
sesuai indikasi
c.
Ajarkan pasien atau orang terdekat teknik makan
sendiri, contoh ujung spuit, kantong dan metode corong, menghancurkan makanan
bila pasien akan pulang dengan selang makanan. Yakinkan pasien dan orang
terdekat mampu melakukan prosedur ini sebelum pulang dan bahwa makanan tepat
dan alat tersedia di rumah
d. Berikan diet
nutrisi seimbang (misalnya semikental atau makanan halus) atau makanan selang
(contoh makanan dihancurkan atau sediaan yang dijual) sesuai indikasi.
|
a.
makan dimulai hanya setelah bunyi usus membik setelah operasi.
b. selang
dimasukan pada pembedahan dan biasanya dijahit.Awalnya selang digabungkan
dengan penghisap untuk menurunkan mual dan muntah. Dorongan air untuk
mempertahankan kepatenan selang.
c.
membantu meningkatkan keberhasilan nutrisi dan
mempertahankan martabat orang dewasa yang saat ini terpaksa tergantung pada
orang lain untuk kebutuhan sangat mendasar pada penyediaan makanan.
d. macam-macam
jenis makanan dapat dibuat untuk tambahan atau batasan faktor tertentu,
seperti lemak dan gula atau memberikan makanan yang disediakan pasien
|
Gangguan citra diri
berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi wajah dan leher
|
|
Tujuan : Mengidentifikasi
perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri sendiri
|
|
Kriteria hasil : menunjukkan
adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti dengan partisipasi
aktivitas perawatan diri dan interaksi positip dengan orang lain.Berkomunikasi
dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah terjadi.Mulai
mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup. Berpartisipasi dalam tim sebagai
upaya melaksanakan rehabilitasi
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi
persepsi situasi atau harapan yang akan dating
b. Catat
bahasa tubuh non verbal, perilaku negatif atau bicara sendiri. Kaji
pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri
c.
Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah
d. Kolaboratif
dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber pendukung, contoh ahli
terapi psikologis, pekerja sosial, konseling keluarga.
|
a.
alat dalam mengidentifikasi atau mengartikan masalah untuk memfokuskan
perhatian dan intervensi secara konstruktif
b. dapat
menunjukkan depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian lanjut atau
intervensi lebih intensif
c.
pasien dapat mengalami depresi cepat setelah pembedahan atau reaksi syok dan
menyangkal. Penerimaan perubahan tidak dapat dipaksakan dan proses kehilangan
membutuhkan waktu untuk membaik
d. pendekatan
menyeluruh diperlukan untuk membantu pasien menghadapi rehabilitasi dan
kesehatan. Keluarga memerlukan bantuan dalam pemahaman proses yang pasien
lalui dan membantu mereka dalam emosi mereka. Tujuannya adalah memampukan
mereka untuk melawan kecendrungan untuk menolak dari atau isolasi pasien dari
kontak sosial.
|
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kanker merupakan massa jaringan
abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah mati. Tumbuh dan tidak
terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia tumbuh.
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau
daerah lainnya di tenggorokan.
Penyebab utama dari kanker laring tidak
diketahui. Kanker laring mewakili 1% dari semua kanker dan terjadi lebih sering
pada pria, faktor-faktor penyebabnya adalah Tembakau, Alkohol dan efek
kombinasinya, Ketegangan vocal, Laringitis kronis, Pemajanan industrial
terhadap karsinogen, Defisiensi nutrisi (riboflavin) dan, Predisposisi keluarga
3.2
Saran
Seharusya ada pengobatan khusus untuk
para penderita kanker baik yang ringan maupun yang berat. Disediakan alat yang
canggih untuk mendiagnosis penyakit kanker, dan diadakan penyuluhan ke
daerah-daerah tentang penyakit kanker
DAFTAR PUSTAKA
Brunner &
Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Erfansah . (2010). Asuhan Keperawatan Kanker Laring.
http://erfansyah.blogspot.com/2010/03/asuhan-keperawatan-kanker-laring.html. Diakses
tanggal 24 Oktober 2011. pukul 08.00 am.
Kepacitan. 2010. Askep Kanker Laring. http://kepacitan.wordpress.com/2010/12/15/askep-kanker-laring/. Diakses
tanggal 24 Oktober 2011. Pukul 08 : 10 am
Comments
Post a Comment