LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DEASES (CKD)/ Gagal Ginjal



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Chronic Kidney Disease (CKD), merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. Diperkirakan hingga tahun 2015 Data WHO dengan kenaikan dan tingkat persentase dari tahun 2009 sampai sekarang 2011 sebanyak 36 juta orang warga  dunia meninggal dunia akibat penyakit Cronic Kidney Disease (CKD). (Data survey, 2011)
Indonesia termasuk tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Menurut data dari Penetri (Persatuan Nefrologi Indonesia) sampai 2 Januari 2011 di perkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia yang membutuhkan cangkok ginjal.
Di Provinnsi Jawa Barat sendiri kenaikannya mencapai 32% dari tahun 2009 lalu akibat banyaknya jumlah wisatawan baik dalam maupun luar negeri yang datang berwisata, wisatawan-wasatawan tersebut banyak mengidap penyakit penyakit Cronic Kidney Disease (CKD) itu yang menjadi salah satu faktor banyaknya penderita gagal ginjal akut (Riskesdas, 2013).
Pelayanan asuhan keperawatan di tujukan untuk mempertahankan, meningkatkan kesehatan dan menolong individu untuk mengatasi secara tepat masalah kesehatan sehari-hari, penyakit, kecelakaan, atau ketidak mampuan bahkan kematian (Depkes 20014).
Penyakit CKD merupakan penyakit yang memerlukan perawatan dan penanganan seumur hidup. Fenomena yang terjadi banyak klien yang keluar masuk rumah sakit untuk melakukan pengobatan dan dialysis. Oleh karena itu peran perawat sangat penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien CKD, serta diharapkan tidak hanya keadaan fisik klien tetapi juga psikologis klien. Berdasarkan hal tersebut maka kelompok  tertarik untuk menyusun asuhan keperawatan dengan Chronic Kidney Disease di RSUD Kota Bogor sebagai pemenuhan Tugas unyuk menyelesaikan Stase KMB  di RSUD Kota Bogor

B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Cronic Kidney Disease (CKD).
2.      Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu meningkatkan pengertian mengenai masalah yang berhubungan dengan Cronic Kidney Disease (CKD).
b.      Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien  Ny. A dengan Cronic Kidney Disease (CKD).
c.       Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada klien  Ny. A dengan Cronic Kidney Disease (CKD).
d.      Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan pada klien Ny. A dengan Cronic Kidney Disease (CKD).
e.       Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien Ny. A dengan Cronic Kidney Disease (CKD).
f.       Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan pada klien Ny. A dengan Cronic Kidney Disease (CKD).

      C.    Manfaat
     
1.      Bagi Perawat
Sebagai Bahan Masukan bagi praktisi keperawatan tentang Asuhan Keperawatan dengan CKD yang di rawat di RSUD Kota Bogor  menggunakan Aplikasi Nanda Nic Noc



2.      Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan khususnya Asuhan Keperawatan pada Klien Chronic Kidney Disease (CKD)






























BAB  II
TINJAUAN TEORI CKD

A. Anatomi Fisiologi
1.      Ginjal
Terletak pada dinding posterior abdomen, didaerah lumbal sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritonium. Panjang ginjal 6-7 cm dengan tebal 1.5-2,5 cm. Berat pada orang dewasa 140 gram. Ginjal kanan lebih pendek dan tebal dibanding sebelah kiri  Lihat gambar 2.1
                        Gambar 2.1
2.       Nefron
Tempat.awal pembentukan urine yang berjumlah ± 1 juta pada setiap ginjal. Terdiri atas komponen vaskular yang terdiri atas pembuluh pembuluh darah yaitu, glomelurus, dan kapiler peri tubuler (dari kapsul bowmwn dan mencakup tubuli kontortus proxima, ansahale dan tubuli kontroktus distal) yang mengitari tubuh Lihat Gambar 2.2
                   





          Gambar 2.2
3.            Kapsul bowmen
Terdiri atas lapisan parietal, lapisan viseral
4.            Ureter
Panjangnya 25 cm yang menghantarkan kemih dari ginjal ke kandung kemih Lihat Gambar 2.3







5.      Kandung kemih Terletak didalam velvis
6.      Uretra
Pada pria panjangnya 18-20 cm, pada wanita panjang nya 4 cm dan sebagai system perkemihan saja Lihat Gambar 2.3
7.      Fungsi ginjal :
a.              Pengeluaran zat zat toksis
b.             Mempertahankan keseimbangan cairan
c.              Mempertahankan keseimbangan garam garam dan zat zat lain dalam Tubuh
d.             Mengeluarkan sisa sisa metabolisme dan hasil akhir dari protein ureum. (Drs. H Syaifuddin )









A.    Pengertian
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).  (Brunner & Suddarth, 2011; 1448)
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal . Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu gagal ginjal kronik dan akut . Gagal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat ( biasanya berlangsung beberapa tahun ) , sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau minggu .( Price & Wilson , 2006 )










B.       Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.

1
Infeksi  
:
Pielonefritis kronik
2
Penyakit peradangan                  
:
glomerulonefritis
3
Penyakit vaskuler hipertensif     
:
nefrosklerosis benigna nefrosklerosis maligna stenosis arteri renalis
4
Gangguan jaringan penyambung
:
SLE Poli arteritis nodosa Sklerosis sistemik progresif
5
Gangguan congenital dan herediter        
:
Penyakit ginjal polikistik Asidosis tubuler ginjal
6
Penyakit metabolic      
:
DM,Gout
7
Nefropati obstruktif    
:
Penyalahgunaan analgetik
8
Nefropati toksik   
:
penyalahgunaan analgetik Nefropati timbal

C.    Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 4 stadium yang didasarkan pada tingkat GFR yang tersisa :
a.    Penurunan cadangan ginjal
Terjadi apabila GFR turun 50% dari normal, tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat mengkompensasi nefron yang sudah rusak dan penurunan kemampuan mengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan fungsi.
b.    Insufisiensi ginjal
Terjadi bila GFR menurun menjadi 20-35% dari normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang diterima. Mulai terjadi akumulasi sisa metabolik dalam darah karena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan respon terhadap diuretic menyebabkan oliguri, oedema. Derajat insuffisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari GFR sehingga perlu pengobatan medis.
c.    Gagal ginjal
Terjadi bila GFR kurang dari 20% normal
d.    Penyakit gagal ginjal stadium akhir
Bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus. Akumulasi sisa metabolik dalam jumlah banyak seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau penggantian ginjal (Smeltzer & Bare, 2002).

C.    Manifestasi klinis
Meskipun gejala yang dialami anak bervariasi berdasarkan proses penyakit yang berbeda – beda, penyakit paling umum yang berhubungan dengan GGK adalah sebagai berikut :
1.    Ketidakseimbangan cairan
a.         Kelebihan cairan : edema, oliguri, hipertensi, gagal jantung kongestif
b.         Penipisan volume vaskuler : poliuria, penurunan asupan cairan, dehidrasi
2.    Ketidakseimbangan elektrolit
a.       Hiperkalemia : gangguan irama jantung, disfungsi miokardial
b.      Hipernatremia : haus, stupor, takikardia, membran kering, peningkatan reflex tendon profunda, penurunan tingkat kesadaran
c.       Hipokalemia dan hiperfosfatemia : iritabilitas, depresi, kram otot, parastesia, psikosis, tetani
d.      Hipokalemia : penurunan reflek tendon profunda, hipotonia, perubahan EKG
3.    Ensefalopati dan neuropati uremik
a.       Gatal gatal
b.      Kram dan kelemahan otot
c.       Bicara tidak jelas
d.      Parastesia telapak tangan dan telapak kaki
e.       Konsentrasi buruk
f.       Mengantuk
g.      Tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial
h.      Koma
i.        Kejang
4.    Asidosis : takipnea
5.    Anemia dan disfungsi sel darah
a.       Pucat
b.      Kelemahan
c.       Perdarahan ( stomatitis, feses berdarah )
6.    Disfungsi pertumbuhan
a.       Pertumbuhan tulang yang abnormal
b.      Perkembangan seksual yang terhambat
c.       Malnutrisi dan pelisutan otot
d.      Selera makan buruk
e.       Nyeri tulang
f.       Ketidakteraturan menstruasi.
B. Patofisiologi
 Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 2006, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
a.             Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.
b.             Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri
c.             Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 2012: 813-814)








E . Pathway




























F.     Pemeriksaan penunjang
Menurut Suyono (2011), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai berikut:
a.        Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi.
b.        Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal.
c.         Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit

G.    Penatalaksanaan
a.    Hemo Dialisis (cuci darah)
b.    Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)
c.    Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
d.    Transfusi darah
e.    Transplantasi ginjal
Analisa Data
symptom
Etiologi
Problem
DS:-
DO:-perubahan pola kemih,warna urin pekat,penurunan urine output <400 ml/hari.
fase diuresis dari gagal ginjal akut
Defisit volume cairan
DS:-
DO:pernapasan kussmaul,fetor uremik,
penurunan pH pada ciaran serebrospinal, perembesan cairan,
Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif
DS:-
DO:klien gelisah,Terdapat papiledema,deficit neurologis,kadar kalium serum meningkat.
gangguan konduksi elektrikal efek sekunder dari hiperkalemi
Aktual/risiko tinggi aritmia.
DS:-
DO:peningkatan suhu tubuh,penglihatan kabur,kram otot,azotemia.
kerusakan hantaran saraf sekunder dari abnormalitas elektrolit dan uremia.
Aktual/risiko tinggi kejang
DS:-
DO:kehilangan kemampuan konsentrasi,kehilangan memori,penurunan lapang pandang.
gangguan transmisi sel-sel saraf sekunder dari hiperkalsemi
Aktual/risiko tinggi defisit neurologis
DS:-
DO:muntah,anoreksia,lemah.
intake nutrisi yang tidak adekuat sekunder dari anoreksi, mual, muntah
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
DS:-
DO:lemah,ada edema,terlihat sakit berat.
edema ekstremitas, kelemahan fisik secara umum
Gangguan ADL (Activity Daily Living)
DS:-
DO:bingung dengan kondisinya,peningkatan TTV,ketidakmampuan berkonsentrasi,
prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan
cemas


H.      FOKUS PENGKAJIAN
         i.      Aktifitas /istirahat
Gejala:
-          kelelahan ekstrem, kelemahan malaise
-          Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
                   Tanda:
-       Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak


             ii.             Sirkulasi
Gejala:
-       Riwayat hipertensi lama atau berat
-       Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda:
b.       Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan
c.       Disritmia jantung
d.      Nadi lemahhalus, hipotensi ortostatik
e.         Friction rub pericardial
f.         Pucat pada kulit
g.        Kecenderungan perdarahan

3.             Integritas ego
Gejala:
h.     Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain
i.       Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan
Tanda:
- Menolak, ansietas, takut, marah , mudah terangsang, perubahan kepribadian

4.             Eliminasi
Gejala:
j.         Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut)
k.       Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda:
l.         Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat,   berawan
m.   Oliguria, dapat menjadi anuria
5.  Makanan/cairan
Gejala:
n. Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
o. Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut ( pernafasan amonia)
Tanda:
p.Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
q.Perubahan turgor kuit/kelembaban
r.  Edema (umum,tergantung)
s. Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
t.  Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga

6.       Neurosensori
Gejala:
u.Sakit kepala, penglihatan kabur
v.Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki
w.               Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitasbawah (neuropati perifer)
Tanda:
x. Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma
y. Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
z. Rambut tipis, uku rapuh dan tipis
7.       Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyei panggu, sakit kepala,kram otot/nyeri kaki
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah 
8.       Pernapasan
Gejala:
-    nafas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa Sputum
Tanda:
-    takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul
-    Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)
9.       keamanan
Gejala: kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda:
-    pruritus
-    Demam (sepsis, dehidrasi)
10.         Seksualitas
Gejala: Penurunan libido, amenorea,infertilitas

11.         Interaksi sosial
 Gejala:
-          Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran dalam keluarga
12.         Penyuluhan
-                 Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit pokikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria
-                 Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan
-                 Penggunaan antibiotik nr\efrotoksik saat ini/berulang
(Doenges, E Marilynn, 2011, hal 626- 628)

I.     FOKUS DIAGNOSA DAN INTERVENSI
1.      Ketidak Efektifan Pola Napas berhubungan dengan Hiperventilasi
2.      Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium
3.      Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan gangguan volume cairan
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen



INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA
Tujuan Dan Kriteria Hasil (NOC)
Intervensi (NIC)

Ketidak Efektifan Pola Napas berhubungan dengan Hiperventilasi

Setelah di lakukan tindakan Asuhan keperawatan selama 3 x 24 Jam diharapkan ketidakefektifan pola napas dat teratasi dengan criteria hasil
Indikator
Sakit
Tujuan
Frekuensi Napas


Irama Pernapasan


Penggunaan alat Bantu


Suara Napas Tambahan


Ket :
1.      Berat
2.      Cukup berat
3.      Ringan
4.      Sedang
5.      Tidak ada
1. Monitor  Tanda tanda Vital (TD,RR,N,S)
2. Monitor irama dan Laju pernafasan
3.  Berikan Posisi Semifowler
4.  Monitor aliran oksigen
5.  Kolaborasi pemberian Obat


Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium

Setelah di lakukan tindakan Asuhan keperawatan selama 3 x 24 Jam diharapkan kelebihan volume cairan dapat teratasi dengan criteria hasil

Indikator
Sakit
Tujuan
Frekuensi Berkemih


Retensi urin


Edema Perifer


Intake Cairan


Ket :
1.      Berat
2.      Cukup berat
3.      Ringan
4.      Sedang
5.      Tidak ada
1.         Monitor  Tanda tanda Vital (TD,RR,N,S)
2.         Berikan cairan yang tepat
3.         Batasi dan alokasikan asupan cairan
4.         Tentukan jumlah dan jenis intake atau asupan cairan serta kebiasaan eliminasi
5.         Kaji lokasi dan luas edema
6.         Kolaborasi pemberian obat
K erusakan Integritas kulit berhubungan dengan gangguan volume cairan

Setelah di lakukan tindakan Asuhan keperawatan selama 3 x 24 Jam diharapkan  masalah keperawatan kerusakan integritas kulit  dapat teratasi dengan criteria hasil

Indikator
Sakit
Tujuan
Suhu kulit


elastisitas


hidrasi


Integritas kulit


Ket :
1.      Sangat terganggu
2.      Banyak Terganggu
3.      Cukup terganggu
4.      Sedikit terganggu
5.      Tidak terganggu
1.      Lakukan pemeriksaan fisik untuk  mengedentifikasi
terjadinya Kerusakan kulit (Misalnya, lesi, bula,
ulserasi dan abrasi)
2.      Berikan Krim dan lotion yang mengandung obat
sesuai dengan kebutuhan
3.      Berikan kompres dingin untuk meringankan iritasi
4.      Instruksikan pasien untuk menghindari Sabun mandi
 dan minyak yang mengandung parfum

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

Setelah di lakukan tindakan Asuhan keperawatan selama 3 x 24 Jam diharapkan intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan criteria hasil

Indikator
Sakit
Tujuan
Aktivitas fisik


Tidak dapat beristirahat


Ket :
1.      Sangat terganggu
2.      Banyak Terganggu
3.      Cukup terganggu
4.      Sedikit terganggu
5.      Tidak terganggu
1.      Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
2.      Bantu pasien dalam aktifitas sehari hari
3.      Catat pola tidur dan aktifitas pasien
4.      Jelaskan kepada keluarga / orang terdekat untuk
tinggal dengan pasien












DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Edisi 8. Jakarta;EGC
Diagnosa Keperawatan. (2012). NANDA International Diagnosa Keperawatan 2012-2014. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC
Judith M. Wilkinson. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Carpenito, Lynda Juall. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Long, B C. (2006). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2015). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal. Bedah
Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2),
Doenges, Marilynn E. (2011). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Supartondo. ( 2011 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit FKUI


 Semoga Bermanfaat Yha,,
 Ns.Donny R Mataputun,S.Kep


 

Comments

Popular posts from this blog

Anatomi dan Fisiologi Muskuloskeletal

Makalah Anatomi Fisiologi sistem perkemihan