Asuhan Keperawatan pada Tn A dengan HIV/AIDS dengan menggunakan Teori Calista Roy
TINJAUAN
TEORITIS HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS
(HIV)
A. Definisi
1.
HIV
Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan
retrovirus yang menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh khususnya sel CD4 (sel
T) serta menghancurkan dan merusak fungsinya. Pada saat infeksi menjadi
berlanjut sistem kekebalan akan menjadi lebih lemah, dan orang yang terinfeksi
HIV akan menjadi lebih rentan terhadap infeksi serta atau kanker terkaat
infeksi (WHO South East Asia, 2017, CDC, 2016).
2.
AIDS
AIDS (Acquried Immunodeficiency Syndrome) adalah
sindrome imunodefisiensi yang merupakan infeksi tahap lanjut dari infeksi HIV
yang ditandai dengan terjadinya salah satu infeksi oportunistik dari lebih dari
20 infeksi oportunistik atau kanker terkait HIV (WHO South East Asia, 2017),
waktu yang diperlukan 10-15 tahun bagi orang yang terinfeksi HIV untuk
berkembang menjadi AIDS (WHO South East Asia, 2017).
B. Anatomi
Fisiologi
Sistem
yang melindungi tubuh dari infeksi yang diakibatkan oleh mikroorganisme,
membantu proses penyembuhan, serta membuang dan memperbaiki sel yang rusak jika
terjadi infeksi adalah sistem imun. Sistem imun juga dapat mengidentifikasi
faktor-faktor yang bukan berasal dari dirinya. Perubahan yang terjadi pada sistem
imun dapat menimbulkan serangan terhadap sel itu sendiri atau ketidakmampuan
berespon dan menyembuhkan tubuh dari infeksi. Sistem imun di kontrol oleh sel
darah putih.
Sel darah putih terdiri dari neutrofil,
eosinofil, basofil, monosit, makrofag, limfosit B dan limfosit T. Sel darah
putih ini di produksi oleh sel stem (origonator) yang disebut stem pluripoten
dalam sumsum tulang. Sel yang dihasilkan kemudian berdiferensiasi dan
menghasilkan satu jenis sel darah. Sel
limfosit adalah limfosit T dan limfosit B sejenis sel pembunuh alami. Limfosit
dihasilkan di dalam sumsum tulang dan mencapai kematangan struktur tersebut
atau di limfoid. Tubuh memiliki 25 juta
sel T yang berbeda dan setiap sel memiliki reseptor antigen yang spesifik. Sel
T memiliki reseptor pada seluruh permukaannya dimana reseptor tersebut dapat
mengikat antigen virus.
Gambar
1. Sistem kekebalan tubuh sel darah putih
Sel T menyusun sistem imun selular. Pematanngan sel T berlangsung selama
pergerakan melalui kelenjar timus. Sel T akan tetap inaktif sampai sel tersebut
bertemu dengan molekul spesifik dan telah diprogram untuk berespon terhadapnya
selama perkembangannya. Ketika bertemu molekul asing sel T akan aktif dan
secara langsung melepaskan zat-zat kimia yang mewaspadakan sel B akan
berhadapan dengan lawan dengan membangkitkan respon humoral. Sel T diperlukan untuk mengenali dan menghancurkan parasit dan
virus yang tersembunyi di dalam sel karena sel B tidak mampu menghadapinya. Sel
T merupakan salah satu tipe sel darah putih yang memiliki peran sebagai
antibodi. Sel T akan bekerjasama dengan makrofag menyerang virus atau bakteri
namun secara spesifik menyerang virus sedangkan makrofag menyerang benda benda
asing secara umum. Sel T melindungi tubuh dengan mengaktifkan sistem imun.
Limfosit B matang di sumsum tulang dan setelah matang sel B akan beredar
dalam darah berbentuk inaktif dan menjadi aktif hanya setelah terpajan pada
molekul spesifik biasanya protein atau karbohidrat besar dari molekul asing.
Sel B menyusun sistem imun humoral yang berarti bahwa sel-sel tersebut
bersirkulasi dalam darah.
Organ imun terdiri dari sumsusm tulang, tonsil, nodus limfatikus, limpa,
jaringan limfoid yang berikatan dengan usus (gut associatiated lymphoid tissue
(GALT)), kelenjar timus. Kelenjar timus terletak dimediastinum dan mencapai
puncak perkembangannya pada saat anak-anak setelah pubertas timus mulai
mengalami atropi namun organ sisa masih tetap ada hingga tua. Timus
menyekresikan hormon yang berfungsi pada pemeliharaan dan fungsi populasi sel T
perifer.
Gambar
3: Organ Sistem Immune
Jenis dan fungsi sel T:
a. Sel T
Sitotoksik (sel CD8 + T)
Sel T
sitotoksik ini berperan dalam penghancuran langusng sel-sel yang telah
terinfeksi virus. Sel ini mengandung butiran (kantung yang berisi enzim
pencernaan atau zat kimia yang lain) sehingga akan membuat pecah sel target
atau apoptosis
b. Sel T Pembantu atau T
Helper ( sel CD4 + T)
Berfungsi untuk
mengendapkan produksi antibodi sel B dan juga memproduksi zat yang mengaktifkan
sel T sitotoksik dan makrofag
c. Sel T regulatory
Berfungsi untuk menekan respon sel
B dan sel T lainnya terhadap antigen. Penekanan ini diperlukan agar respon imun
tidak berlanjut begitu tidak lagi dibutuhkan.
d. Sel T Killer
Berfungsi untuk membedakan sel
yang terinfeksi atau kanker dari sel tubuh normal dan sel serangan yang tidak
mengandung penanda molekuler yang mengidentifikasi mereka sebagai sel tubuh.
e. Sel T Memory
Berfungsi untuk membantu sistem kekebalan tubuh
mengenali antigen yang sebelumnya ditemukan serta meresponsnya dengan lebih
cepat untuk jangka waktu yang lebih lama.
Gambar 2. Sel Limfosit T
ASUHAN KEPERAWATAN
“APLIKASI
TEORI SELF CARE DOROTHEA
OREM PADA Tn. A DENGAN HUMAN
IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)”
Data
Umum
|
Masuk
Rumah Sakit
Tanggal
Pengkajian
Diagnosa
Masuk
D/
Saat Pengkajian
|
:
:
:
:
|
12-11-2019
08-11-2019
TB Paru, HIV
|
||
Identitas
Diri
|
Nama
Pasien
Jenis
Kelamin
Usia
Pendidikan
Suku/
Bangsa
Agama
Status
Kawin
Pekerjaan
Alamat
|
:
:
:
:
:
:
:
:
:
|
Tn A
Laki-laki
38 tahun
Sarjana
Jawa/ Indonesia
Islam
Kawin
PNS
H Syaip No 8A
|
||
Riwayat Kesehatan
|
Riwayat Penyakit
Keluhan Utama:
|
|
Keluarga pasien mengatakan pasien batuk, sesak dan demam
sejak 3 minggu yang
lalu. Keluarga
mengatakan sudah dirawat di Rumah Sakit X selama 2 minggu dan mulai mengkonsumsi
OAT. Hasil pemeriksaan anti HCV meningkat dan rasio CD4:CD8 rendah. Pasien di
rujuk ke RS Carolus. Di IGD pasien dilakukan pemeriksaan RR 32X/mnt, TD
112/70 mmHg, HR 91 x/mnt, Suhu 370c, AGD dengan hasil PH 7,45,
PCO2 33, PO2 99, HCO3 21.2, CO2 total 24, BE 0,00. Pasien dianjurkan rawat di
ICU
Keluarga pasien mengatakan pasien batuk, sesak dan
demam
|
||
aktor
conditioning basic
|
1. Status kesehatan
Pasien tampak sakit
berat, kesadaran kompos mentis, akral teraba panas, pulsasi nadi perifer
kuat, suara napas vesikuler, suara tambahan ronchi, pernapasan dengan NRM 10
L/Menit, terpasang infus divena metacarpal sinistra dengan jenis jenis infus
asering 500ml/6 jam. TTV: TD:127/68, HR: 107x/menit , S: 39,2, RR: 32 x/ menit dan saturasi oksigen 98%.
2. Status perkembangan
Pasien dalam tahap dewasa
3. Orientasi sosial budaya
Tidak dapat di kaji
4. Sistem perawatan kesehatan
Keluarga pasien
mengatakan kalau sakit berobat ke dokter.
5. Sistem keluarga
Pasien merupakan kepala
keluarga dan tinggal bersama istrinya.
6. Pola hidup
Keluarga pasien
mengatakan tidak banyak tau tentang pola hidup pasien karena sering dinas
diluar kota.
7. Lingkungan hidup
Tidak dapat di kaji
8. Sumber
Pasien sendiri dan
keluarga.
|
||||
Unuversal Self
Care Rqquisites
|
1.1
Pemeliharaan
Kecukupan Oksigen & Sirkulasi
|
Adequacy of
Self-Care
|
|||
DS: keluarga pasien mengatakan Pasien batuk, sesak dan demam sejak 1 bulan yang lalu
DO: TD:127/68, HR: 107x/menit, S: 39,2, RR: 32 x/ menit dan saturasi oksigen 98%, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, pasien
batuk tetapi tidak bisa mengeluarkan dahak, suara nafas tambahan ronchi pada kedua
lapang paru, Rongten suspect gambaran TB paru miller. AGD dengan PH 7,45, PCO2 33, PO2 99, HCO3 21.2, CO2 total 24.
|
Inadequate
|
||||
1.2
Pemeliharaan
Kecukupan Cairan
|
Adequacy of
Self-Care
|
||||
DS: keluarga pasien mengatakan pasien banyak minum, setiap kali batuk minum air hangat ¼ gelas dan
saat makan minum 2 gelas air hangat
DO : Turgor kulit elastis, bibir kering, suhu 39,2°C, nadi 107 x/m, akral panas,
intake oral:1800 cc/24 jam, IV:2405cc/24 jam, output urine 3740 cc/24 jam.
total balance cairan +105 CC
|
Adequate
|
||||
Unuversal Self Care Rqquisites
|
1.3 Pemeliharaan
Kecukupan Nutrisi
|
Adequacy of Self-Care
|
|||
DS: keluarga mengatakan pasien dapat menghabiskan
makan yang disediakan
DO: Pasien menghabiskan 1 porsi makan
|
Adequate
|
||||
1.4
Pemeliharaan Kecukupan Eliminasi
|
Adequacy of Self-Care
|
||||
DS:-
DO: Pasien terpasang pampers. output urine 3740 cc/24
jam. dari status pasien tertulis pasien BAB 1 kali kemarin dengan konsistensi
lembek.
|
Adequate
|
||||
1.5 Pemeliharaan
Kecukupan Aktivitas & Istirahat
|
Adequacy of Self-Care
|
||||
DS: -
DO: Pasien tampak terbaring lemah, aktivitas dibantu
penuh oleh perawat. Dari laporan shift malam pasien sering terbangun dari
tidurnya karena batuk. Pasien tampak sring menguap dan mengantuk, palpebra
berwarna gelap
|
Inadequate
|
||||
Unuversal Self Care Rqquisites
|
1.6 Pemeliharaan
Keseimbangan antara Isolasi & Interasi Sosial
|
Adequacy of Self-Care
|
|||
Ds :
|
ð
Adequate
ð
Inadequate
|
||||
1.7 Pencegahan
Faktor Risiko yang Mengancam Hidup, Fungsi Tubuh, dan Kesehatan
|
Adequacy of Self-Care
|
||||
Tidak dikaji karena pasien dan keluarga tidak mau
ditanya soal pola hidup dan penyakitnya
|
Inadequate
|
||||
1.8
Peningkatan Pemeliharaan Fungsi Diri dan Perkembangan dalam Kelompok Sosial
|
Adequacy of Self-Care
|
||||
Tidak dikaji karena pasien dan keluarga tidak mau
ditanya soal pola hidup dan penyakitnya
|
Adequate
|
||||
Development
Self Care Requisites
|
Perilaku
Khusus sesuai Tahap Perkembangan atau
Perilaku Baru yang Didapatkan seubungan dengan Perubahan Kondisi
|
Adequacy of Self-Care
|
|||
Tidak dikaji karena pasien dan keluarga tidak mau
ditanya soal pola hidup dan penyakitnya
|
Adequate
|
||||
Health Deviation Self Care Requisites
|
3.1 Perilaku
Mencari Bantuan Medis
|
Adequacy of Self-Care
|
|||
Keluarga mengatakan kalau sakit berobat kedokter
|
Adequate
|
||||
3.2 Kesadaran
terhadap Efek dari Kondisi Patologis
|
Adequacy of Self-Care
|
||||
Tidak dikaji karena pasien dan keluarga tidak mau
ditanya soal pola hidup dan penyakitnya
|
Adequate
|
||||
Health
Deviation Self Care Requisites
|
3.3 Kepatuhan
terhadap Regimen Terapeutik
|
Adequacy of Self-Care
|
|||
Tidak dikaji karena pasien dan keluarga tidak mau
ditanya soal pola hidup dan penyakitnya
|
Adequate
|
||||
3.4 Kesadaran
terhadap Masalah Ketidaknyamanan terkait Regimen Terapeutik
|
Adequacy of Self-Care
|
||||
Tidak dikaji karena pasien dan keluarga tidak mau
ditanya soal pola hidup dan penyakitnya
|
ð
Adequate
ð
Inadequate
|
||||
3.5 Modifikasi
Konsep Diri akibat Perubahan Status Kesehatan
|
Adequacy of Self-Care
|
||||
Tidak dapat di kaji
|
ð
Adequate
ð
Inadequate
|
||||
3.6
Pengetahuan tentang Efek dari Kondisi Patologis, Diagnosa Medik, dan
Pengobatan
|
Adequacy of Self-Care
|
||||
Tidak dikaji karena pasien dan keluarga tidak mau
ditanya soal pola hidup dan penyakitnya
|
ð
Adequate
ð
Inadequate
|
||||
Pemeriksaan Diagnostik
Jenis Pemeriksaan
|
Hasil
|
Unit / Satuan
|
Nilai Rujukan
|
|||
|
12/10/2019
|
14/11/2019
|
2/11/2019
|
5/11/2019
|
|
|
Radiologi
Rongten thorak AP
tegak
|
|
Suspect
TB miller
|
|
|
|
|
Laboratorium
|
|
|
|
|
|
|
Anti HIV
(combo/elisa)
|
287.50
Reaktif
|
|
|
|
COI
|
<0.90: Non
Reaktive
0.90-0.99
Greyzone
>=1: Reaktive
|
CD 4
CD 4
absolut
CD 4 %
|
10
0,7
|
|
|
|
404-1612
33-58
|
Sel/ µL
%
|
CD 8
CD 8
absolut
CD 8 %
|
416
28,63
|
|
|
|
220-1129
13-39
|
Sel/ µL
%
|
Rasio CD
4:CD 8
|
0,02
|
|
|
|
0,69-2,83
|
Semakin
rendah rasio, semakin tinggi kemungkinan terjadinya komplikasi dan perburukan
infeksi
|
PH
|
7.41
|
7.45
|
7.45
|
7.44
|
|
7.35-7.45
|
PO2
|
73.9
|
99
|
51
|
58
|
mmHg
|
83-108
|
PCO2
|
34.6
|
32.3
|
29
|
25.7
|
mmHg
|
35-45
|
HCO3-
|
22.5
|
22.7
|
20,5
|
17.6
|
mmol/L
|
21-25
|
Total CO2
|
22.7
|
24
|
21
|
18
|
mmol/L
|
24-30
|
Base Excess (BE)
|
-2.2
|
0.00
|
-1.80
|
-3.90
|
mmol/L
|
-2.4 - +2.3
|
O2
Saturation
|
95
|
98.50
|
87.50
|
91.30
|
%
|
95-99%
|
Haemoglobin
|
|
12.6
|
|
13.2
|
g/dl
|
14.0-16.0
|
Eritrosit
|
|
4.40
|
|
4.66
|
Juta/µL
|
4.20-6.20
|
Leukosit
|
|
15.06
|
|
12.97
|
10ˆ3 / µL
|
4.80 – 10.20
|
Jml
Trombosit
|
|
371
|
|
548
|
ribu / µL
|
150 – 450
|
MCV
|
|
84
|
|
85
|
fL
|
79 – 97
|
MCH
|
|
29
|
|
28
|
pg / mL
|
27 – 31
|
MCHC
|
|
34
|
|
33.3
|
g / dL
|
31.4 – 38.5
|
RDW
- CV
|
|
13.9
|
|
14.2
|
%
|
10 – 20
|
Hitung
Jenis
|
|
|
|
|
|
|
Basofil
|
|
0.1
|
|
0.1
|
%
|
0.3 – 1.0
|
Eosinofil
|
|
0.0
|
|
1.1
|
%
|
0.7 – 7.0
|
Neutrofil
|
|
89.5
|
|
83.0
|
%
|
34.0 – 71.1
|
Limfosit
|
|
7.4
|
|
13.9
|
%
|
19.3 – 53.1
|
Monosit
|
|
3.0
|
|
1.9
|
%
|
4.7 – 11.5
|
Albumin
|
|
|
2,46
|
3.65
|
g/dl
|
3,50-5,20
|
SGOT
|
|
|
44
|
|
U/L
|
10-35
|
SGPT
|
|
|
43
|
|
U/L
|
10-45
|
Ureum darah
|
|
28
|
|
|
|
|
Kreatinin darah
|
|
0.6
|
|
|
|
|
eGFR
|
|
128.4
|
|
|
|
|
Natrium
|
|
136
|
|
137
|
mmol/L
|
135-147
|
Kalium
|
|
4.3
|
|
4.5
|
mmol/L
|
3.5-5.5
|
Klorida
|
|
106
|
|
100
|
mmol/L
|
94-111
|
Daftar Obat Pasien
Nama Obat
|
Dosis
|
Indikasi
|
Mycostatin (drop)
|
4 x 1 cc
|
Untuk
mengatasi infeksi yang disebabkan oleh jamur pada kulit, tenggorokan, mulut,
dan vagina.
Efek samping: Iritasi mulut, rasa
mual atau ingin muntah, nyeri abdomen, diare, iritasi kulit dan kulit berwarna kemerahan.
|
Fluconazole (capsul)
|
1x 200mg
|
Untuk
mengatasi berbagai jenis infeksi yang disebabkan oleh jamur candida pada vagina, mulut, dan pada saluran kemih.
Untuk
membunuh jamur, mencegah infeksi jamur,
terutama untuk orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya orang yang menjalani kemoterapi, pasien transplantasi sumsum
tulang, dan pengidap HIV.
|
Bisolvon
|
3x1
|
Bisolvon
merupakan obat yang mengandung Bromhexine, obat ini berfungsi mengurangi dan
mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan. Bisolvon dimaksudkan untuk
mendukung mekanisme tubuh dalam membuang dahak. Bisolvon biasa dikombinasikan
dengan obat lain untuk membantu mengobati batuk yang disertai dengan dahak
|
Rifampicin
|
1x 450 mg
|
Rifampicin atau rifampin
adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati beberapa infeksi akibat
bakteri. Obat ini bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri.
Sejumlah infeksi yang
dapat ditangani oleh rifampicin, di antaranya adalah tuberkulosis (TBC) dan
kusta. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah meningitis
akibat bakteri N. meningitidis dan infeksi bakteri H. influenza tipe
B
|
Isoniazide
|
1x 300mg
|
Isoniazid adalah obat yang
digunakan untuk mengobati tuberkulosis (TB).
Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri yang menyerang paru dan terkadang
bagian tubuh lainnya. Bekerja
dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri penyebab tuberkulosis.
Pengobatan umumnya berlangsung selama 6 bulan
|
Ethambutol
|
1x1000mg
|
Ethambutol adalah obat yang
digunakan untuk mengobati tuberkulosis. Dalam
pengobatan tuberkulosis, obat ini dikonsumsi bersama dengan antibiotik
lainnya, baik dalam bentuk tunggal atau tablet kombinasi. Ethambutol bekerja
dengan menghentikan pertumbuhan bakteri penyebab tuberkulosis.
|
Pyrazinamide
|
1x1000mg
|
Pyrazinamide adalah salah satu obat yang
digunakan untuk mengobati penyakit tuberkulosis (TB).
Pyrazinamide bekerja dengan membunuh dan menghentikan perkembangan bakteri
penyebab TB.
|
Sanprima
|
4x 1
|
SANPRIMA merupakan
antibiotik dengan kandungan Co-trimoxazol, yaitu kombinasi dari Trimethoprim
dan Sulfamethoxazol. Co-trimoxazol bekerja dengan cara menghambat enzim
metabolisme asam folat pada bakteri. Trimetropim bersifat bakterisida
sedangkan Sulfametoksazol bersifat bakteriostatik.
|
Fluimucil
|
3x 200mg
|
Fluimucil adalah obat
yang digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit pada saluran pernapasan yang
ditandai dengan dahak yang berlebihan, misalnya, bronkitis akut atau kronis,
emfisema paru, mucoviscidosis dan bronchiectasis. Obat Fluimucil mengandung
acetylcysteine.
Acetylcysteine adalah
obat yang berfungsi mengencerkan dahak pada penyakit saluran pernafasan di
mana terjadi banyak lendir atau dahak. Obat ini adalah agen mukolitik yang
juga dikenal sebagai N-acetylcysteine yang bekerja dengan cara memecah serat
asam mukopolisakarida yang membuat dahak lebih encer dan mengurangi adhesi
lendir pada dinding tenggorokan sehingga mempermudah pengeluaran lendir pada
saat batuk.
|
Lameson
|
3x 125mg
|
Dexamethasone adalah obat kortikosteroid jenis
glukokortikoid sintetis yang digunakan sebagai agen anti alergi, imunosupresan,
anti inflamasi dan anti shock yang sangat kuat. bekerja dengan cara menembus membran
sel sehingga akan terbentuk suatu kompleks steroid-protein reseptor. Di dalam
inti sel, kompleks steroid-protein reseptor ini akan berikatan dengan
kromatin DNA dan menstimulasi transkripsi mRNA yang merupakan bagian dari
proses sintesa protein.
Sebagai anti inflamasi, obat ini menekan migrasi neutrofil,
mengurangi produksi prostaglandin (senyawa yang berfungsi sebagai mediator
inflamasi), dan menyebabkan dilatasi kapiler. Hal ini akan mengurangi repon
tubuh terhadap kondisi peradangan (inflamasi).
|
Terapi cairan intravena
|
Asering 500 ml/6 jam
|
Daftar Diagnosa keperawatan
1.
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
2. Ketidakefektifan Bersihan jalan napas berhubungan
dengan peningkatan produksi mucus
3. Infeksi
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Nama : Tn A
Unit :
VIP ICU
No
|
Therapeutic
self-care demand
|
Adequacy
of self care agency
|
Nursing
diagnosis
|
Outcomes
and Plan
|
|||
Outcome
|
Nursing
planning
|
Design
of the nursing system
|
Method
of helping
|
||||
|
Ds: keluarga pasien mengatakan pasien batuk dan
sesak
DO: TD:127/68, HR: 107x/menit, S: 39,2, RR: 32 x/ menit dan saturasi oksigen 98%, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, pasien
batuk tetapi tidak bisa mengeluarkan dahak, suara nafas tambahan ronchi pada
kedua lapang paru, Rongten suspect gambaran TB paru miller. AGD dengan Ph 7.45; PO2 51; PCO2 29; HCO3 20.5, CO2 total 21, BE -1,80
|
Inadequat
|
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
|
Pertukaran gas kembali
adekuat dalam waktu
3x24 jam dengan kriteria hasil:
·
Pemeriksaan AGD dalam batas normal: pH = 7,35-7,45, SaO2 = > 95%,
PO2 = 80-100%, PCO2 = 35-45 mmHg, HCO3 = 22-26 mEq/l.
·
RR
dalam batas normal = 16-20 x/mnt
·
Suara
ronchi tidak ada
·
Sianosis tidak ada
·
Tidak ada Keluhan pusing, penglihatan kabur, gelisah,
penurunan kesadaran
|
1.
Kaji
suara paru, frekuensi nafas, kedalam dan usaha nafas
2.
Pantau status mental (tingkat kesadaran, gelisah,
dan konfusi)
dan adanya edema perifer, distensi vena jugularis dan JVP
3.
Atur posisi setengah duduk untuk
memaksimalkan ventilasi.
4.
Pantau
hasil pemeriksaan AGD (pH. PCO2,HCO2,PO2)
5.
Lanjutkan Kolaborasi
dalam pemberian therapy bronkodilator (flexotide dan combivent)
6.
Lanjutkan
pemberian oksigen NRM 10 l/menit atau intubasi jika terjadi gagal napas
|
wholly compensatory system
|
·
Pendampingan
·
Dukungan
perawat dan keluarga
·
Ciptakan
lingkungan yang nyaman
|
2
|
Ds: keluarga pasien mengatakan pasien batuk dan
sesak
DO: TD:127/68, HR: 107x/menit, S: 39,2, RR: 32 x/ menit dan saturasi oksigen 98%, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, pasien
batuk tetapi tidak bisa mengeluarkan dahak, suara nafas tambahan ronchi pada
kedua lapang paru, Rongten suspect gambaran TB paru miller. AGD dengan Ph 7.45; PO2 51; PCO2 29; HCO3 20.5, CO2 total 21, BE -1,80
|
Inadequat
|
Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, bersihan jalan napas kembali
efektif, dengan criteria hasil:
·
Pasien dapat mengeluarkan lendir secara mandiri melalui batuk
·
Produksi lendir berkurang
·
Tidak ada suara napas tambahan
·
Lekosit dalam rentang normal: 4.80 – 10.20
· TTV dalam rentang normal:
TD:110-120/80-90 mmHg
N : 70-80 x/
menit
R : 16-20x/mnt
S : 36-37 oC
|
Ongoing
assessment
1.
Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan dan
penggunaan otot bantu pernapasan
2.
Kaji batuk berlendir yang dialami pasien
3.
Monitor status oksigenasi pasien
4.
Observasi saturasi oksigen
Therapeutic Intervention
5.
Berikan posisi tidur semi fowler
6.
Bantu pasien untuk batuk efektif
7.
Lanjutkan pemberian terapi bisolvon 3x1 amp
avelox 1x400mg,
flexotide 1 fls dan
combivent 1 fls menggunakan nebulizer, Lameson 2x125, rifampicin 1x450mg,
Isoniazid 1x300mg, fluconazole 1x200mg, ethambutol 1x1000mg, Pyrazinamide
1x1000mg, sanprima forte 4x1tab, Fluimucil 3x200mg, Mycostatin 4x1cc
|
wholly
compensatory system
|
·
Pendampingan
·
Dukungan
perawat dan keluarga
·
Ciptakan
lingkungan yang nyaman
|
3
|
Ds: -
Do : badan
teraba panas, Suhu 39.2oc, bibir kering, Leukosit 17, Anti HIV 287.50; CD 4 10 Sel/ µL; CD 8 0.7 %; Rasio CD 4 : CD 8 adalah 0.02
|
Inadequat
|
Infeksi
|
Dalam waktu
3x 24 jam proses infeksi dapat menurun dengan kriteria hasil
·
Akral hangat
·
Suhu dalam batas normal 36.0-37.0
·
Tidak menunjukkan
adanya tanda-tanda infeksi opportunistic seperti: nyeri kepala, menggigil,
nyeri sendi ataupun kehilangan nafsu makan
|
1.
Monitor sel CD4 dan viral load
2.
Intsruksikan dalam terminology
yang biasa digunakan dalam perawatan: jumlah CD4, viral load, dan efek
samping pengobatan antiretroviral (ARV)
3.
Mendorong kepatuhan terapi dan menghindari
putus obat
4.
Ikuti peraturan setempat untuk
memperoleh persetujuan terpisah untuk diuji HIV dan selanjutnya untuk
melaporkan hasilnya kepada departemen kesehatan
|
Partly
compensatory
|
Edukasi
|
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Nama / Umur :Tn A/ 37 tahun
Ruang /Kamar : ICU/ VIP I
Tanggal
|
Waktu
|
DP
|
Pelaksanaan
Keperawatan
|
Nama Jelas
|
05/11/2019
|
08.00
|
DP I, II, III
|
Mengkaji keadaan umum pasien (pasien tampak sakit
berat, terbaring semifowler, kesadaran compos mentis, GCS 15, akral panas,
pulsasi kuat, CRT kembali <3 detik, tampak sesak, suara napas tambahan
ronchi pada kedua lapang paru, TD:127/68, HR: 107x/menit, S: 39,2, RR: 32 x/ menit dan saturasi oksigen 98%, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, pasien
batuk tetapi tidak bisa mengeluarkan dahak, EKG monitor sinus takikardi)
|
D
|
|
08.10
|
DP I, II, III
|
Memberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein
kalori: pasien tampak mengahabiskan 1 porsi makanan yang diberikan
Memberikan terapi farmadol 50 cc
|
|
|
09.00
|
DP I, II
|
Mengobservasi tnda-tanda vital (TD 116/68mmHg, N 115x/menit,
P 22x/mnt, SaO2 92%)
|
|
|
09.10
|
DP I, II
|
Memberikan therapy oral pasien : Fluconazole 1
tablet, Ethambutol 2 tablet, Sanprima forte 1 tablet, Fluimucil 1 kapsul,
Mycostatin 1 cc.
|
|
|
09.15
|
DP I, II, III
|
Memberikan therapy injeksi pasien : bisolvon 1
amp dan avelox 400 mg, pranza 40 mg.
|
|
|
09.30
|
DP II
|
Memberikan terapi nebulizer: Flixotide 1 fls dan
combivent 1 fls
Memberikan air hangat dan mengajarkan batuk
efektif : pasien batuk dan belum mampu mengeluarkan dahak
|
|
|
10.00
|
DP I, II,III
|
Mengobservasi tnda-tanda vital (TD 127/68 mmHg, N
120x/menit, P 19x/mnt, SaO2 90%)
Memberikan posisi semi fowler 45 0
|
|
|
10.30
|
DP I, II,III
|
Memberikan susu hangat dan bubur kacang hijau:
pasien mengahbiskan 1 gelas (200cc) susu dan setengah gelas bubur kacang
hijau
|
|
|
11.00
|
DP I, II,III
|
Mengobservasi tnda-tanda vital (TD 119/69 mmHg, N
94x/menit, P 17x/mnt, suhu 36.9, SaO2 94%)
|
|
|
12.00
|
DP 1, II, III
|
Mengkaji keadaan umum pasien: pasien tampak sakit
berat, terbaring semifowler, kesadaran compos mentis, GCS 15, akral hangat,
pulsasi kuat, CRT kembali <3 detik, tampak sesak, suara napas tambahan
ronchi pada kedua lapang paru, TD 120/66; Nadi 112x/menit; pernapasan
26x/menit, suhu 36,50c, saturasi 87%, EKG monitor sinus takikardi,
tidak ada sianosis, pulsasi kuat, bibir lembab, tidak ada keluhan pusing,
hasil AGD: PH 7.44; PO2 58; PCO2 25.7; HCO3
17.6; CO2 total 18; BE -3.90. Hb 13.2g/dl; leukosit 12.970
Balance cairan per 6 jam - 148 cc
|
|
|
12.30
|
|
Memberikan diet pasien: Pasien mampu menghabiskan
½ porsi makanan yang disediakan, 1 gelas jus buah dan 200 cc air putih
Memberikan therapy oral Pyrazinamide 2 tablet,
Sanprima 1 tablet, Fluimucil 1 tablet, Mycostatin 1 cc
Memberikan terapi farmadol 50 cc
|
|
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Nama / Umur :Tn A/ 37 tahun
Ruang /Kamar : ICU/ VIP I
Tanggal
|
Waktu
|
DP
|
Pelaksanaan
Keperawatan
|
Nama Jelas
|
05/11/2019
|
08.00
|
DP I, II, III
|
Mengkaji keadaan umum pasien (pasien tampak sakit
berat, terbaring semifowler, kesadaran compos mentis, GCS 15, akral hangat,
pulsasi kuat, CRT kembali <3 detik, tampak sesak, suara napas tambahan
ronchi pada kedua lapang paru, TD:109/65, HR: 97x/menit, S: 36.9, RR: 32 x/ menit dan saturasi oksigen 94%, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, pasien
batuk tetapi tidak bisa mengeluarkan dahak, EKG monitor sinus rythem)
|
|
|
08.10
|
DP I, II, III
|
Memberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein
kalori: pasien tampak mengahabiskan ½ porsi makanan yang diberikan
Memberikan terapi farmadol 50 cc
|
|
|
09.00
|
DP I, II
|
Mengobservasi tnda-tanda vital (TD 114/61mmHg, N 106x/menit,
P 27x/mnt, SaO2 89%)
|
|
|
09.10
|
DP I, II
|
Memberikan therapy oral pasien : Fluconazole 1
tablet, Ethambutol 2 tablet, Sanprima forte 1 tablet, Fluimucil 1 kapsul,
Mycostatin 1 cc.
|
|
|
09.15
|
DP I, II, III
|
Memberikan therapy injeksi pasien : bisolvon 1
amp dan avelox 400 mg, pranza 40 mg.
|
|
|
09.30
|
DP II
|
Memberikan terapi nebulizer: Flixotide 1 fls dan
combivent 1 fls
Memberikan air hangat
|
|
|
10.00
|
DP I, II,III
|
Mengobservasi tnda-tanda vital (TD 108/68 mmHg, N
112x/menit, P 34x/mnt, SaO2 93%)
Memberikan posisi semi fowler 45 0
|
|
|
10.30
|
DP I, II,III
|
Memberikan susu hangat dan bubur kacang hijau:
pasien mengahbiskan 1 gelas (200cc) susu dan bubur kacang hijau
|
|
|
11.00
|
DP I, II,III
|
Mengobservasi tnda-tanda vital (TD 106/64 mmHg, N
93x/menit, P 27x/mnt, SaO2 95%)
|
|
|
12.00
|
DP 1, II, III
|
Mengkaji keadaan umum pasien: pasien tampak sakit
berat, terbaring semifowler, kesadaran compos mentis, GCS 15, akral hangat,
pulsasi kuat, CRT kembali <3 detik, tampak sesak, batuk tetapi tidak bisa
mengeluarkan slyem, suara napas tambahan ronchi pada kedua lapang paru, TD 104/61;
Nadi 93x/menit; pernapasan 34x/menit, suhu 36,60c, saturasi 95%,
EKG monitor sinus rythem, tidak ada sianosis, tidak ada nyeri dada, pulsasi
kuat, bibir lembab, tidak ada keluhan pusing. Balance cairan per 6 jam + 370
cc
|
|
|
12.30
|
|
Memberikan diet pasien: Pasien mampu menghabiskan
½ porsi makanan yang disediakan, 1 buah pudding, 1 gelas jus buah dan 200 cc
air putih
Memberikan therapy oral Pyrazinamide 2 tablet,
Sanprima 1 tablet, Fluimucil 1 tablet, Mycostatin 1 cc
Memberikan terapi farmadol 50 cc
|
|
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama / Umur :Tn A/ 37 tahun
Ruang /Kamar : ICU/ VIP I
Tanggal
|
Evaluasi ( S
.O. A.P )
|
Nama Jelas
|
05/11/2019
|
DP I
S: Pasien mengatakan
masih sesak
O: TD 120/66; Nadi 112x/menit; pernapasan 26x/menit, suhu 36,50c,
saturasi 87%,
Kesadaran compos mentis
Tidak ada sianosis
Pulsasi kuat, bibir lembab, CRT <3 detik
Tidak ada keluhan pusing
Akral hangat
Pulsasi kuat
Pasien tidak gelisah
Balance cairan per 6 jam
- 148 cc
A: gangguan pertukaran gas belum teratasi
P: intervensi diteruskan
DP II
S: Pasien mengatakan masih
batuk dan sesak
O: Pasien tampak batuk tetapi
tidak bisa mengeluarkan slyem
Ronchi pada kedua lapang paru
Tidak menggunakan otot
bantu pernapasan
TD 120/66; Nadi 112x/menit; pernapasan 26x/menit,
suhu 36,50c, saturasi 87%,
A: Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi
P: intervensi diteruskan
DP III
S:-
O: pasien tampak sakit berat, kesadaran compos mentis
Tidak
ada keluhan pusing, nyeri sendi, gelisah
TD 120/66; Nadi 112x/menit; pernapasan 26x/menit,
suhu 36,50c, saturasi 87%, Hb 13.2g/dl; leukosit 12.970
A: infeksi belum teratasi
P: intervensi diteruskan
|
|
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama / Umur :Tn A/ 37 tahun
Ruang /Kamar : ICU/ VIP I
Tanggal
|
Evaluasi ( S
.O. A.P )
|
Nama Jelas
|
06/11/2019
|
DP I
S: Pasien mengatakan
masih sesak
O: TD 104/61; Nadi 93x/menit; pernapasan 34x/menit,
suhu 36,60c, saturasi 95%, EKG monitor sinus rythem
Kesadaran compos mentis
Tidak ada sianosis
Pulsasi kuat, bibir lembab, CRT <3 detik
Tidak ada keluhan pusing
Akral hangat
Pulsasi kuat
Pasien tidak gelisah
A: gangguan pertukaran gas belum teratasi
P: intervensi diteruskan
DP II
S: Pasien mengatakan masih
batuk dan sesak
O: Pasien tampak batuk
tetapi tidak bisa mengeluarkan slyem
Ronchi pada kedua lapang paru
Tidak menggunakan otot
bantu pernapasan
TD 104/61; Nadi 93x/menit; pernapasan 34x/menit,
suhu 36,60c, saturasi 95%, EKG monitor sinus rythem,
Balance cairan per 6 jam
+ 370 cc
A: Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi
P: intervensi diteruskan
DP III
S: -
O: pasien tampak sakit berat, kesadaran compos mentis
TD 104/61; Nadi 93x/menit; pernapasan 34x/menit,
suhu 36,60c, saturasi 95%, EKG monitor sinus rythem
A: infeksi belum teratasi
P: intervensi diteruskan
|
|
Comments
Post a Comment