Asuhan Keperawatan pada Tn A dengan HIV/AIDS dengan menggunakan Teori Calista Roy


TINJAUAN TEORITIS HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)

A.    Definisi
1.      HIV
Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan retrovirus yang menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh khususnya sel CD4 (sel T) serta menghancurkan dan merusak fungsinya. Pada saat infeksi menjadi berlanjut sistem kekebalan akan menjadi lebih lemah, dan orang yang terinfeksi HIV akan menjadi lebih rentan terhadap infeksi serta atau kanker terkaat infeksi (WHO South East Asia, 2017, CDC, 2016).
2.      AIDS
AIDS (Acquried Immunodeficiency Syndrome) adalah sindrome imunodefisiensi yang merupakan infeksi tahap lanjut dari infeksi HIV yang ditandai dengan terjadinya salah satu infeksi oportunistik dari lebih dari 20 infeksi oportunistik atau kanker terkait HIV (WHO South East Asia, 2017), waktu yang diperlukan 10-15 tahun bagi orang yang terinfeksi HIV untuk berkembang menjadi AIDS (WHO South East Asia, 2017).

B.     Anatomi Fisiologi
Sistem yang melindungi tubuh dari infeksi yang diakibatkan oleh mikroorganisme, membantu proses penyembuhan, serta membuang dan memperbaiki sel yang rusak jika terjadi infeksi adalah sistem imun. Sistem imun juga dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang bukan berasal dari dirinya. Perubahan yang terjadi pada sistem imun dapat menimbulkan serangan terhadap sel itu sendiri atau ketidakmampuan berespon dan menyembuhkan tubuh dari infeksi. Sistem imun di kontrol oleh sel darah putih.
 Sel darah putih terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, makrofag, limfosit B dan limfosit T. Sel darah putih ini di produksi oleh sel stem (origonator) yang disebut stem pluripoten dalam sumsum tulang. Sel yang dihasilkan kemudian berdiferensiasi dan menghasilkan satu jenis sel darah.  Sel limfosit adalah limfosit T dan limfosit B sejenis sel pembunuh alami. Limfosit dihasilkan di dalam sumsum tulang dan mencapai kematangan struktur tersebut atau di limfoid.  Tubuh memiliki 25 juta sel T yang berbeda dan setiap sel memiliki reseptor antigen yang spesifik. Sel T memiliki reseptor pada seluruh permukaannya dimana reseptor tersebut dapat mengikat antigen virus.
Gambar 1. Sistem kekebalan tubuh sel darah putih

Sel T menyusun sistem imun selular. Pematanngan sel T berlangsung selama pergerakan melalui kelenjar timus. Sel T akan tetap inaktif sampai sel tersebut bertemu dengan molekul spesifik dan telah diprogram untuk berespon terhadapnya selama perkembangannya. Ketika bertemu molekul asing sel T akan aktif dan secara langsung melepaskan zat-zat kimia yang mewaspadakan sel B akan berhadapan dengan lawan dengan membangkitkan respon humoral. Sel T diperlukan  untuk mengenali dan menghancurkan parasit dan virus yang tersembunyi di dalam sel karena sel B tidak mampu menghadapinya. Sel T merupakan salah satu tipe sel darah putih yang memiliki peran sebagai antibodi. Sel T akan bekerjasama dengan makrofag menyerang virus atau bakteri namun secara spesifik menyerang virus sedangkan makrofag menyerang benda benda asing secara umum. Sel T melindungi tubuh dengan mengaktifkan sistem imun.
Limfosit B matang di sumsum tulang dan setelah matang sel B akan beredar dalam darah berbentuk inaktif dan menjadi aktif hanya setelah terpajan pada molekul spesifik biasanya protein atau karbohidrat besar dari molekul   asing.  Sel B menyusun sistem imun humoral yang berarti bahwa sel-sel tersebut bersirkulasi dalam darah.
Organ imun terdiri dari sumsusm tulang, tonsil, nodus limfatikus, limpa, jaringan limfoid yang berikatan dengan usus (gut associatiated lymphoid tissue (GALT)), kelenjar timus. Kelenjar timus terletak dimediastinum dan mencapai puncak perkembangannya pada saat anak-anak setelah pubertas timus mulai mengalami atropi namun organ sisa masih tetap ada hingga tua. Timus menyekresikan hormon yang berfungsi pada pemeliharaan dan fungsi populasi sel T perifer.
Gambar 3: Organ Sistem Immune


Jenis dan fungsi sel T:
a.       Sel T Sitotoksik (sel CD8 + T)
Sel T sitotoksik ini berperan dalam penghancuran langusng sel-sel yang telah terinfeksi virus. Sel ini mengandung butiran (kantung yang berisi enzim pencernaan atau zat kimia yang lain) sehingga akan membuat pecah sel target atau apoptosis
b.      Sel T Pembantu atau T Helper ( sel CD4 + T)
Berfungsi untuk mengendapkan produksi antibodi sel B dan juga memproduksi zat yang mengaktifkan sel T sitotoksik dan makrofag
c.       Sel T regulatory
Berfungsi untuk menekan respon sel B dan sel T lainnya terhadap antigen. Penekanan ini diperlukan agar respon imun tidak berlanjut begitu tidak lagi dibutuhkan.
d.      Sel T Killer
Berfungsi untuk membedakan sel yang terinfeksi atau kanker dari sel tubuh normal dan sel serangan yang tidak mengandung penanda molekuler yang mengidentifikasi mereka sebagai sel tubuh.
e.       Sel T Memory
Berfungsi untuk membantu sistem kekebalan tubuh mengenali antigen yang sebelumnya ditemukan serta meresponsnya dengan lebih cepat untuk jangka waktu yang lebih lama.

Gambar 2. Sel Limfosit T
















ASUHAN KEPERAWATAN
APLIKASI TEORI SELF CARE DOROTHEA OREM PADA Tn. A DENGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)
Data Umum
Masuk Rumah Sakit
Tanggal Pengkajian 
Diagnosa Masuk
D/ Saat Pengkajian 
:

:

:
:
12-11-2019

08-11-2019

TB Paru, HIV


Identitas Diri
Nama Pasien     
Jenis Kelamin   
Usia                  
Pendidikan        
Suku/ Bangsa    
Agama              
Status Kawin 
Pekerjaan     
Alamat             
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tn A
Laki-laki
38 tahun
Sarjana
Jawa/ Indonesia
Islam
Kawin
PNS
H Syaip No 8A

Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit








Keluhan Utama:

Keluarga pasien mengatakan pasien batuk, sesak dan demam sejak 3 minggu yang lalu. Keluarga mengatakan sudah dirawat di Rumah Sakit X selama 2 minggu dan mulai mengkonsumsi OAT. Hasil pemeriksaan anti HCV meningkat dan rasio CD4:CD8 rendah. Pasien di rujuk ke RS Carolus. Di IGD pasien dilakukan pemeriksaan RR 32X/mnt, TD 112/70 mmHg, HR 91 x/mnt, Suhu 370c, AGD dengan hasil PH 7,45, PCO2 33, PO2 99, HCO3 21.2, CO2 total 24, BE 0,00. Pasien dianjurkan rawat di ICU

Keluarga pasien mengatakan pasien batuk, sesak dan demam

aktor conditioning basic
1.      Status kesehatan
Pasien tampak sakit berat, kesadaran kompos mentis, akral teraba panas, pulsasi nadi perifer kuat, suara napas vesikuler, suara tambahan ronchi, pernapasan dengan NRM 10 L/Menit, terpasang infus divena metacarpal sinistra dengan jenis jenis infus asering 500ml/6 jam. TTV: TD:127/68, HR: 107x/menit , S: 39,2, RR: 32 x/ menit dan saturasi oksigen 98%.
2.      Status perkembangan
Pasien dalam tahap dewasa
3.      Orientasi sosial budaya
Tidak dapat di kaji
4.      Sistem perawatan kesehatan
Keluarga pasien mengatakan kalau sakit berobat ke dokter.
5.      Sistem keluarga
Pasien merupakan kepala keluarga dan tinggal bersama istrinya.
6.      Pola hidup
Keluarga pasien mengatakan tidak banyak tau tentang pola hidup pasien karena sering dinas diluar kota.
7.      Lingkungan hidup
Tidak dapat di kaji
8.      Sumber
Pasien sendiri dan keluarga.
Unuversal Self Care Rqquisites
1.1  Pemeliharaan Kecukupan Oksigen & Sirkulasi
Adequacy of Self-Care
DS: keluarga pasien mengatakan Pasien batuk, sesak dan demam sejak 1 bulan yang lalu
DO: TD:127/68, HR: 107x/menit, S: 39,2, RR: 32 x/ menit dan saturasi oksigen 98%, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, pasien batuk tetapi tidak bisa mengeluarkan dahak, suara nafas tambahan ronchi pada kedua lapang paru, Rongten suspect gambaran TB paru miller.  AGD dengan PH 7,45, PCO2 33, PO2 99, HCO3 21.2, CO2 total 24.

Inadequate
1.2  Pemeliharaan Kecukupan Cairan
Adequacy of Self-Care
DS: keluarga pasien mengatakan pasien banyak minum, setiap kali batuk minum air hangat ¼ gelas dan saat makan minum 2 gelas air hangat
DO : Turgor kulit elastis, bibir kering, suhu 39,2°C, nadi 107 x/m, akral panas, intake oral:1800 cc/24 jam, IV:2405cc/24 jam, output urine 3740 cc/24 jam. total balance cairan +105 CC
Adequate
Unuversal Self Care Rqquisites
1.3 Pemeliharaan Kecukupan Nutrisi
Adequacy of Self-Care
DS: keluarga mengatakan pasien dapat menghabiskan makan yang disediakan
DO: Pasien menghabiskan 1 porsi makan

Adequate  
1.4 Pemeliharaan Kecukupan Eliminasi
Adequacy of Self-Care
DS:-
DO: Pasien terpasang pampers. output urine 3740 cc/24 jam. dari status pasien tertulis pasien BAB 1 kali kemarin dengan konsistensi lembek.

Adequate
1.5 Pemeliharaan Kecukupan Aktivitas & Istirahat
Adequacy of Self-Care
DS: -
DO: Pasien tampak terbaring lemah, aktivitas dibantu penuh oleh perawat. Dari laporan shift malam pasien sering terbangun dari tidurnya karena batuk. Pasien tampak sring menguap dan mengantuk, palpebra berwarna gelap

Inadequate
Unuversal Self Care Rqquisites
1.6 Pemeliharaan Keseimbangan antara Isolasi & Interasi Sosial
Adequacy of Self-Care
Ds :
ð    Adequate
ð    Inadequate
1.7 Pencegahan Faktor Risiko yang Mengancam Hidup, Fungsi Tubuh, dan Kesehatan
Adequacy of Self-Care
Tidak dikaji karena pasien dan keluarga tidak mau ditanya soal pola hidup dan penyakitnya
Inadequate
1.8 Peningkatan Pemeliharaan Fungsi Diri dan Perkembangan dalam Kelompok Sosial
Adequacy of Self-Care
Tidak dikaji karena pasien dan keluarga tidak mau ditanya soal pola hidup dan penyakitnya

Adequate
Development Self Care Requisites
Perilaku Khusus sesuai Tahap  Perkembangan atau Perilaku Baru yang Didapatkan seubungan dengan Perubahan Kondisi
Adequacy of Self-Care
Tidak dikaji karena pasien dan keluarga tidak mau ditanya soal pola hidup dan penyakitnya
Adequate
Health Deviation Self Care Requisites
3.1 Perilaku Mencari Bantuan Medis
Adequacy of Self-Care
Keluarga mengatakan kalau sakit berobat kedokter

Adequate
3.2 Kesadaran terhadap Efek dari Kondisi Patologis
Adequacy of Self-Care
Tidak dikaji karena pasien dan keluarga tidak mau ditanya soal pola hidup dan penyakitnya

Adequate
 Health Deviation Self Care Requisites
3.3 Kepatuhan terhadap Regimen Terapeutik
Adequacy of Self-Care
Tidak dikaji karena pasien dan keluarga tidak mau ditanya soal pola hidup dan penyakitnya

Adequate
3.4 Kesadaran terhadap Masalah Ketidaknyamanan terkait Regimen Terapeutik
Adequacy of Self-Care
Tidak dikaji karena pasien dan keluarga tidak mau ditanya soal pola hidup dan penyakitnya
ð    Adequate
ð    Inadequate
3.5 Modifikasi Konsep Diri akibat Perubahan Status Kesehatan
Adequacy of Self-Care
Tidak dapat di kaji
ð    Adequate
ð    Inadequate
3.6 Pengetahuan tentang Efek dari Kondisi Patologis, Diagnosa Medik, dan Pengobatan
Adequacy of Self-Care
Tidak dikaji karena pasien dan keluarga tidak mau ditanya soal pola hidup dan penyakitnya
ð    Adequate
ð    Inadequate































Pemeriksaan Diagnostik
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Unit / Satuan
Nilai Rujukan

12/10/2019
14/11/2019
2/11/2019
5/11/2019


Radiologi
Rongten thorak AP tegak

Suspect TB miller




Laboratorium






Anti HIV (combo/elisa)
287.50
Reaktif



COI
<0.90: Non Reaktive
0.90-0.99 Greyzone
>=1: Reaktive
CD 4
CD 4 absolut
CD 4 %

10
0,7




404-1612
33-58

Sel/ µL
%
CD 8
CD 8 absolut
CD 8 %

416
28,63




220-1129
13-39

Sel/ µL
%
Rasio CD 4:CD 8
0,02



0,69-2,83
Semakin rendah rasio, semakin tinggi kemungkinan terjadinya komplikasi dan perburukan infeksi
PH
7.41
7.45
7.45
7.44

7.35-7.45
PO2
73.9
99
51
58
mmHg
83-108
PCO2
34.6
32.3
29
25.7
mmHg
35-45
HCO3-
22.5
22.7
20,5
17.6
mmol/L
21-25
Total CO2
22.7
24
21
18
mmol/L
24-30
Base Excess (BE)
-2.2
0.00
-1.80
-3.90
mmol/L
-2.4 - +2.3
O2 Saturation
95
98.50
87.50
91.30
%
95-99%
Haemoglobin

12.6

13.2
g/dl
14.0-16.0
Eritrosit

4.40

4.66
Juta/µL
4.20-6.20
Leukosit

15.06

12.97
10ˆ3 / µL
4.80 – 10.20
Jml Trombosit

371

548
ribu / µL
150 – 450
MCV

84

85
fL
79 – 97
MCH

29

28
pg / mL
27 – 31
MCHC

34

33.3
g / dL
31.4 – 38.5
RDW - CV

13.9

14.2
%
10 – 20
Hitung Jenis






Basofil

0.1

0.1
%
0.3 – 1.0
Eosinofil

0.0

1.1
%
0.7 – 7.0
Neutrofil

89.5

83.0
%
34.0 – 71.1
Limfosit

7.4

13.9
%
19.3 – 53.1
Monosit

3.0

1.9
%
4.7 – 11.5
Albumin


2,46
3.65
g/dl
3,50-5,20
SGOT


44

U/L
10-35
SGPT


43

U/L
10-45
Ureum darah

28




Kreatinin darah

0.6




eGFR

128.4




Natrium

136

137
mmol/L
135-147
Kalium

4.3

4.5
mmol/L
3.5-5.5
Klorida

106

100
mmol/L
94-111

                       
Daftar Obat Pasien
Nama Obat
Dosis
Indikasi
Mycostatin (drop)
4 x 1 cc
Untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh jamur pada kulit, tenggorokan, mulut, dan vagina.
Efek samping: Iritasi mulut, rasa mual atau ingin muntah, nyeri abdomen, diare, iritasi kulit dan kulit berwarna kemerahan.
Fluconazole (capsul)
1x 200mg
Untuk mengatasi berbagai jenis infeksi yang disebabkan oleh jamur candida pada vagina, mulut, dan pada saluran kemih.
Untuk membunuh jamur, mencegah infeksi jamur, terutama untuk orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya orang yang menjalani kemoterapi, pasien transplantasi sumsum tulang, dan pengidap HIV.
Efek samping: Mual atau muntah, Sakit perut, Diare, Sakit kepala, Ruam pada kulit.
Bisolvon
3x1
Bisolvon merupakan obat yang mengandung Bromhexine, obat ini berfungsi mengurangi dan mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan. Bisolvon dimaksudkan untuk mendukung mekanisme tubuh dalam membuang dahak. Bisolvon biasa dikombinasikan dengan obat lain untuk membantu mengobati batuk yang disertai dengan dahak
Rifampicin
1x 450 mg
Rifampicin atau rifampin adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati beberapa infeksi akibat bakteri. Obat ini bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri.
Sejumlah infeksi yang dapat ditangani oleh rifampicin, di antaranya adalah tuberkulosis (TBC) dan kusta. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah meningitis akibat bakteri N. meningitidis dan infeksi bakteri H. influenza tipe B
Isoniazide
1x 300mg
Isoniazid adalah obat yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis (TB). Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri yang menyerang paru dan terkadang bagian tubuh lainnya. Bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri penyebab tuberkulosis. Pengobatan umumnya berlangsung selama 6 bulan
Ethambutol
1x1000mg
Ethambutol adalah obat yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis. Dalam pengobatan tuberkulosis, obat ini dikonsumsi bersama dengan antibiotik lainnya, baik dalam bentuk tunggal atau tablet kombinasi. Ethambutol bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri penyebab tuberkulosis.
Pyrazinamide
1x1000mg
Pyrazinamide adalah salah satu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit tuberkulosis (TB). Pyrazinamide bekerja dengan membunuh dan menghentikan perkembangan bakteri penyebab TB.
Sanprima
4x 1
SANPRIMA merupakan antibiotik dengan kandungan Co-trimoxazol, yaitu kombinasi dari Trimethoprim dan Sulfamethoxazol. Co-trimoxazol bekerja dengan cara menghambat enzim metabolisme asam folat pada bakteri. Trimetropim bersifat bakterisida sedangkan Sulfametoksazol bersifat bakteriostatik.
Fluimucil
3x 200mg
Fluimucil adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit pada saluran pernapasan yang ditandai dengan dahak yang berlebihan, misalnya, bronkitis akut atau kronis, emfisema paru, mucoviscidosis dan bronchiectasis. Obat Fluimucil mengandung acetylcysteine.
Acetylcysteine adalah obat yang berfungsi mengencerkan dahak pada penyakit saluran pernafasan di mana terjadi banyak lendir atau dahak. Obat ini adalah agen mukolitik yang juga dikenal sebagai N-acetylcysteine yang bekerja dengan cara memecah serat asam mukopolisakarida yang membuat dahak lebih encer dan mengurangi adhesi lendir pada dinding tenggorokan sehingga mempermudah pengeluaran lendir pada saat batuk.
Lameson
3x 125mg
Dexamethasone adalah obat kortikosteroid jenis glukokortikoid sintetis yang digunakan sebagai agen anti alergi, imunosupresan, anti inflamasi dan anti shock yang sangat kuat. bekerja dengan cara menembus membran sel sehingga akan terbentuk suatu kompleks steroid-protein reseptor. Di dalam inti sel, kompleks steroid-protein reseptor ini akan berikatan dengan kromatin DNA dan menstimulasi transkripsi mRNA yang merupakan bagian dari proses sintesa protein. Sebagai anti inflamasi, obat ini menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi prostaglandin (senyawa yang berfungsi sebagai mediator inflamasi), dan menyebabkan dilatasi kapiler. Hal ini akan mengurangi repon tubuh terhadap kondisi peradangan (inflamasi).
Terapi cairan intravena
Asering   500 ml/6 jam


Daftar Diagnosa keperawatan
1.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
2.      Ketidakefektifan Bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi mucus
3.      Infeksi









INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama              : Tn A
Unit                 : VIP ICU
No
Therapeutic self-care demand
Adequacy of self care agency
Nursing diagnosis
Outcomes and Plan

Outcome
Nursing planning
Design of the nursing system
Method of helping

Ds: keluarga pasien mengatakan pasien batuk dan sesak
DO: TD:127/68, HR: 107x/menit, S: 39,2, RR: 32 x/ menit dan saturasi oksigen 98%, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, pasien batuk tetapi tidak bisa mengeluarkan dahak, suara nafas tambahan ronchi pada kedua lapang paru, Rongten suspect gambaran TB paru miller.  AGD dengan Ph 7.45; PO2 51; PCO2 29; HCO3 20.5, CO2 total 21, BE -1,80
Inadequat
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi

Pertukaran gas kembali adekuat dalam waktu 3x24 jam dengan kriteria hasil:
·      Pemeriksaan AGD dalam batas normal: pH = 7,35-7,45, SaO2 = > 95%, PO2 = 80-100%, PCO2 = 35-45 mmHg, HCO3 = 22-26 mEq/l.
·      RR dalam batas normal = 16-20 x/mnt
·      Suara ronchi tidak ada
·      Sianosis tidak ada
·      Tidak ada Keluhan pusing, penglihatan kabur, gelisah, penurunan kesadaran
1.        Kaji suara paru, frekuensi nafas, kedalam dan usaha nafas
2.        Pantau  status mental (tingkat kesadaran, gelisah, dan konfusi) dan adanya edema perifer, distensi vena jugularis dan JVP
3.        Atur posisi setengah duduk untuk memaksimalkan ventilasi.
4.        Pantau hasil pemeriksaan AGD (pH. PCO2,HCO2,PO2)
5.        Lanjutkan Kolaborasi dalam pemberian therapy bronkodilator (flexotide dan combivent)
6.        Lanjutkan pemberian oksigen NRM 10 l/menit atau intubasi jika terjadi gagal napas
wholly compensatory system
·   Pendampingan
·   Dukungan perawat dan keluarga
·   Ciptakan lingkungan yang nyaman

2
Ds: keluarga pasien mengatakan pasien batuk dan sesak
DO: TD:127/68, HR: 107x/menit, S: 39,2, RR: 32 x/ menit dan saturasi oksigen 98%, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, pasien batuk tetapi tidak bisa mengeluarkan dahak, suara nafas tambahan ronchi pada kedua lapang paru, Rongten suspect gambaran TB paru miller.  AGD dengan Ph 7.45; PO2 51; PCO2 29; HCO3 20.5, CO2 total 21, BE -1,80

Inadequat
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, bersihan jalan napas kembali efektif, dengan criteria hasil:
·      Pasien dapat mengeluarkan lendir secara mandiri melalui batuk
·      Produksi lendir berkurang
·      Tidak ada suara napas tambahan
·      Lekosit dalam rentang normal: 4.80 – 10.20
·      TTV dalam rentang normal:
TD:110-120/80-90 mmHg
N : 70-80 x/ menit
R : 16-20x/mnt
S : 36-37 oC
Ongoing assessment
1.         Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan dan penggunaan otot bantu pernapasan
2.         Kaji batuk berlendir yang dialami pasien
3.         Monitor status oksigenasi pasien
4.         Observasi saturasi oksigen

Therapeutic Intervention
5.         Berikan posisi tidur semi fowler
6.         Bantu pasien untuk batuk efektif
7.         Lanjutkan pemberian terapi bisolvon 3x1 amp
avelox 1x400mg,
flexotide 1 fls dan combivent 1 fls menggunakan nebulizer, Lameson 2x125, rifampicin 1x450mg, Isoniazid 1x300mg, fluconazole 1x200mg, ethambutol 1x1000mg, Pyrazinamide 1x1000mg, sanprima forte 4x1tab, Fluimucil 3x200mg, Mycostatin 4x1cc
wholly compensatory system


·   Pendampingan
·   Dukungan perawat dan keluarga
·   Ciptakan lingkungan yang nyaman
3
Ds: -
Do : badan teraba panas, Suhu 39.2oc, bibir kering, Leukosit 17, Anti HIV 287.50;  CD 4 10 Sel/ µL; CD 8 0.7 %; Rasio CD 4 : CD 8 adalah 0.02

Inadequat
Infeksi
Dalam waktu 3x 24 jam proses infeksi dapat menurun dengan kriteria hasil
·         Akral hangat
·         Suhu dalam batas normal 36.0-37.0
·         Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi opportunistic seperti: nyeri kepala, menggigil, nyeri sendi ataupun kehilangan nafsu makan
1.      Monitor sel CD4 dan viral load
2.      Intsruksikan dalam terminology yang biasa digunakan dalam perawatan: jumlah CD4, viral load, dan efek samping pengobatan antiretroviral (ARV)
3.      Mendorong kepatuhan terapi dan menghindari putus obat
4.      Ikuti peraturan setempat untuk memperoleh persetujuan terpisah untuk diuji HIV dan selanjutnya untuk melaporkan hasilnya kepada departemen kesehatan
Partly compensatory
Edukasi


PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Nama / Umur  :Tn A/ 37 tahun
Ruang /Kamar : ICU/ VIP I
Tanggal
Waktu
DP
Pelaksanaan Keperawatan
Nama Jelas
05/11/2019

08.00

DP I, II, III

Mengkaji keadaan umum pasien (pasien tampak sakit berat, terbaring semifowler, kesadaran compos mentis, GCS 15, akral panas, pulsasi kuat, CRT kembali <3 detik, tampak sesak, suara napas tambahan ronchi pada kedua lapang paru, TD:127/68, HR: 107x/menit, S: 39,2, RR: 32 x/ menit dan saturasi oksigen 98%, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, pasien batuk tetapi tidak bisa mengeluarkan dahak, EKG monitor sinus takikardi)
D


08.10
DP I, II, III

Memberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein kalori: pasien tampak mengahabiskan 1 porsi makanan yang diberikan
Memberikan terapi farmadol 50 cc


09.00
DP I, II
Mengobservasi tnda-tanda vital (TD 116/68mmHg, N 115x/menit, P 22x/mnt, SaO2 92%)


09.10
DP I, II
Memberikan therapy oral pasien : Fluconazole 1 tablet, Ethambutol 2 tablet, Sanprima forte 1 tablet, Fluimucil 1 kapsul, Mycostatin 1 cc.


09.15
DP I, II, III

Memberikan therapy injeksi pasien : bisolvon 1 amp dan avelox 400 mg, pranza 40 mg.


09.30
DP II
Memberikan terapi nebulizer: Flixotide 1 fls dan combivent 1 fls
Memberikan air hangat dan mengajarkan batuk efektif : pasien batuk dan belum mampu mengeluarkan dahak


10.00
DP I, II,III
Mengobservasi tnda-tanda vital (TD 127/68 mmHg, N 120x/menit, P 19x/mnt, SaO2 90%)
Memberikan posisi semi fowler 45 0


10.30
DP I, II,III
Memberikan susu hangat dan bubur kacang hijau: pasien mengahbiskan 1 gelas (200cc) susu dan setengah gelas bubur kacang hijau


11.00
DP I, II,III
Mengobservasi tnda-tanda vital (TD 119/69 mmHg, N 94x/menit, P 17x/mnt, suhu 36.9, SaO2 94%)


12.00
DP 1, II, III
Mengkaji keadaan umum pasien: pasien tampak sakit berat, terbaring semifowler, kesadaran compos mentis, GCS 15, akral hangat, pulsasi kuat, CRT kembali <3 detik, tampak sesak, suara napas tambahan ronchi pada kedua lapang paru, TD 120/66; Nadi 112x/menit; pernapasan 26x/menit, suhu 36,50c, saturasi 87%, EKG monitor sinus takikardi, tidak ada sianosis, pulsasi kuat, bibir lembab, tidak ada keluhan pusing, hasil AGD: PH 7.44; PO2 58; PCO2 25.7; HCO3 17.6; CO2 total 18; BE -3.90. Hb 13.2g/dl; leukosit 12.970
Balance cairan per 6 jam - 148 cc


12.30

Memberikan diet pasien: Pasien mampu menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan, 1 gelas jus buah dan 200 cc air putih
Memberikan therapy oral Pyrazinamide 2 tablet, Sanprima 1 tablet, Fluimucil 1 tablet, Mycostatin 1 cc
Memberikan terapi farmadol 50 cc


























PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Nama / Umur  :Tn A/ 37 tahun
Ruang /Kamar : ICU/ VIP I
Tanggal
Waktu
DP
Pelaksanaan Keperawatan
Nama Jelas
05/11/2019

08.00

DP I, II, III

Mengkaji keadaan umum pasien (pasien tampak sakit berat, terbaring semifowler, kesadaran compos mentis, GCS 15, akral hangat, pulsasi kuat, CRT kembali <3 detik, tampak sesak, suara napas tambahan ronchi pada kedua lapang paru, TD:109/65, HR: 97x/menit, S: 36.9, RR: 32 x/ menit dan saturasi oksigen 94%, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, pasien batuk tetapi tidak bisa mengeluarkan dahak, EKG monitor sinus rythem)


08.10
DP I, II, III

Memberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein kalori: pasien tampak mengahabiskan ½ porsi makanan yang diberikan
Memberikan terapi farmadol 50 cc


09.00
DP I, II
Mengobservasi tnda-tanda vital (TD 114/61mmHg, N 106x/menit, P 27x/mnt, SaO2 89%)


09.10
DP I, II
Memberikan therapy oral pasien : Fluconazole 1 tablet, Ethambutol 2 tablet, Sanprima forte 1 tablet, Fluimucil 1 kapsul, Mycostatin 1 cc.


09.15
DP I, II, III

Memberikan therapy injeksi pasien : bisolvon 1 amp dan avelox 400 mg, pranza 40 mg.


09.30
DP II
Memberikan terapi nebulizer: Flixotide 1 fls dan combivent 1 fls
Memberikan air hangat


10.00
DP I, II,III
Mengobservasi tnda-tanda vital (TD 108/68 mmHg, N 112x/menit, P 34x/mnt, SaO2 93%)
Memberikan posisi semi fowler 45 0


10.30
DP I, II,III
Memberikan susu hangat dan bubur kacang hijau: pasien mengahbiskan 1 gelas (200cc) susu dan bubur kacang hijau


11.00
DP I, II,III
Mengobservasi tnda-tanda vital (TD 106/64 mmHg, N 93x/menit, P 27x/mnt, SaO2 95%)


12.00
DP 1, II, III
Mengkaji keadaan umum pasien: pasien tampak sakit berat, terbaring semifowler, kesadaran compos mentis, GCS 15, akral hangat, pulsasi kuat, CRT kembali <3 detik, tampak sesak, batuk tetapi tidak bisa mengeluarkan slyem, suara napas tambahan ronchi pada kedua lapang paru, TD 104/61; Nadi 93x/menit; pernapasan 34x/menit, suhu 36,60c, saturasi 95%, EKG monitor sinus rythem, tidak ada sianosis, tidak ada nyeri dada, pulsasi kuat, bibir lembab, tidak ada keluhan pusing. Balance cairan per 6 jam + 370 cc


12.30

Memberikan diet pasien: Pasien mampu menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan, 1 buah pudding, 1 gelas jus buah dan 200 cc air putih
Memberikan therapy oral Pyrazinamide 2 tablet, Sanprima 1 tablet, Fluimucil 1 tablet, Mycostatin 1 cc
Memberikan terapi farmadol 50 cc
































EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / Umur  :Tn A/ 37 tahun
Ruang /Kamar : ICU/ VIP I
Tanggal
Evaluasi ( S .O. A.P )
Nama Jelas
05/11/2019

DP I
S: Pasien mengatakan masih sesak
O: TD 120/66; Nadi 112x/menit; pernapasan 26x/menit, suhu 36,50c, saturasi 87%,
Kesadaran compos mentis
Tidak ada sianosis
Pulsasi kuat, bibir lembab, CRT <3 detik
Tidak ada keluhan pusing
Akral hangat
Pulsasi kuat
Pasien tidak gelisah
Balance cairan per 6 jam - 148 cc
A: gangguan pertukaran gas belum teratasi
P: intervensi diteruskan

DP II
S: Pasien mengatakan masih batuk dan sesak
O: Pasien tampak batuk tetapi tidak bisa mengeluarkan slyem
Ronchi pada kedua lapang paru
      Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
      TD 120/66; Nadi 112x/menit; pernapasan 26x/menit, suhu 36,50c, saturasi 87%,
A: Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi
P: intervensi diteruskan

DP III
S:-
O: pasien tampak sakit berat, kesadaran compos mentis
    Tidak ada keluhan pusing, nyeri sendi, gelisah
       TD 120/66; Nadi 112x/menit; pernapasan 26x/menit, suhu 36,50c, saturasi 87%, Hb 13.2g/dl; leukosit 12.970
A: infeksi belum teratasi
P:  intervensi diteruskan







EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / Umur  :Tn A/ 37 tahun
Ruang /Kamar : ICU/ VIP I
Tanggal
Evaluasi ( S .O. A.P )
Nama Jelas
06/11/2019

DP I
S: Pasien mengatakan masih sesak
O: TD 104/61; Nadi 93x/menit; pernapasan 34x/menit, suhu 36,60c, saturasi 95%, EKG monitor sinus rythem
Kesadaran compos mentis
Tidak ada sianosis
Pulsasi kuat, bibir lembab, CRT <3 detik
Tidak ada keluhan pusing
Akral hangat
Pulsasi kuat
Pasien tidak gelisah

A: gangguan pertukaran gas belum teratasi
P: intervensi diteruskan



DP II
S: Pasien mengatakan masih batuk dan sesak
O: Pasien tampak batuk tetapi tidak bisa mengeluarkan slyem
Ronchi pada kedua lapang paru
      Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
      TD 104/61; Nadi 93x/menit; pernapasan 34x/menit, suhu 36,60c, saturasi 95%, EKG monitor sinus rythem,
Balance cairan per 6 jam + 370 cc
A: Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi
P: intervensi diteruskan

DP III
S: -
O: pasien tampak sakit berat, kesadaran compos mentis
    Tidak ada keluhan pusing, nyeri sendi, gelisah
       TD 104/61; Nadi 93x/menit; pernapasan 34x/menit, suhu 36,60c, saturasi 95%, EKG monitor sinus rythem
A: infeksi belum teratasi
P:  intervensi diteruskan



Comments

Popular posts from this blog

Makalah Anatomi Fisiologi sistem perkemihan

Riset Keperawatan Hipotesa