KONSEP TEORI TUBERCOLOSIS PARU (TB)
KONSEP
TEORI
TUBERKOLOSIS
PARU
A.
KONSEP
TEORI
1.
Definisi
Tuberkulosis adalah
penyakit infeksi yang diakibatkan oleh mycobacterium tuberculosis yang biasanya
terjadi pada paru tapi dapat terjadi di bagian tubuh lain (Lewis, 2011).
MDR (Multi Drug
Resisten) TB adalah keadaan di mana
kuman Mycobacterium tuberkulosis tidak dapat dibunuh dengan salah satu atau
lebih obat anti TB (OAT) (Depkes, 2015).
2.
Etiologi
Penyebab
tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis yang merupakan bakteri aerob, gram
negatif, basil tahan asam yang tertular dari orang ke orang melalui airbone droplet infection yang dihasilkan saat berbicara atau batuk (Lewis, 2011)
mempunyai ukuran yang sangat kecil 0,3 x 2-4 mm, ukuran ini lebih kecil dari
sel darah merah. Kuman TBC akan cepat mati apabila terkena sinar matahari
langsung namun dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan dan
lembab. Di dalam jaringan tubuh kuman
ini dapat dormant tertidur lama selama beberapa tahun. Sifat dari bakteri ini bereplikasi secara lambat dan menyebar
melalui sistem limpatik dan akan berkembang di area paru bagian atas, ginjal, tulang
bagian epifis, corteks cerebral, dan kelenjar adrenal.
Paparan
singkat untuk beberapa tuberkel basil jarang menyebabkan infeksi, penyebaran
biasanya terjadi melalui kontak yang dekat dan berulang (dengan jarak 6 inchi
dengan orang yang terinfeksi) (Lewis, 2011). Untuk menjadi infeksi dibutuhkan transmisi
yang dekat, sering, terpapar dalam waktu yang lama. Penyakit ini tidak akan
tertular melalui tangan, buku, kacamata, atau piring.
Beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tranmisi yaitu:
a.
Jumlah organisme dalam
udara
b.
Konsentrasi organisme
(area yang sempit dengan ventilasi yang terbatas akan meningkatkan konsentrasi)
c.
Lamanya waktu paparan
d.
Sistem imun orang yang
terpapar
3.
Faktor
Resiko Pajanan Tuberkulosa
a.
Umur
Pada
usia produktif mayoritas orang akan menghabiskan waktu untuk bekerja sehingga
membutuhkan tenaga yang cukup banyak dan waktu istirahat yang kurang yang akan
berpengaruh terhadap daya tahan tubuh menurun. Selain itu juga lingkungan kerja
yang padat dapat memungkinkan untuk berhubungan dengan banyak orang dan
kemungkinn menderita TB.
b.
Jenis kelamin
Angka
kejadian TBC pada laki-laki lebih banyak dari perempuan kemungkian hal ini
dihubungakn dengan kebiasaan merokok pada laki-laki
c.
Tingkat pendidikan
Hal
ini menjadi faktor predisposisi terhadap kejadian TBC karean tingakt pendidikan
akan mempengaruhi perilaku, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin
mudah menerima informasi mengenai TB serta mempunyai motivasi
d.
Sosial ekonomi
Kemiskinan
pada masyarakat juga akan berpengaruh terhadap terjadinya TBC di mana
kemsikinan akan mengarah pada pemenuhan nutrisi yang kurang, kondisi perumahan
yang padat, lingkungan yang buruk, kurangnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan hal ini akan cnedrung mempermudah terjadinya TBC.
e.
Keadaan jendela dan
ventilasi
Fungsi
dari ventilasi adalah menjaga aliran udara dalam rumah agar tetap segar. Luas
ventilasi yang memenuhi syarat adalah >10% dari luas bangunan jika kurang
dari itu maka akan mengurangi konsentrasi oksigen dalam ruangan selain itu juga
akan meningkatkan kelembaban ruangan yang akan menjadi media yang baik untuk
perkembangbiakan kuman patogen seperti mycobacterium tuberkulosis.
f.
Pencahayaan ruangan
Cahaya
sinar matahari mempunyai sifat membunuh bakteri. Oleh sebab itu rumah dengan
pencahayaan sinar matahari yang kurang akan mempengaruhi terjadinya TBC.
Bakteri mycobacterium tuberkulosis akan dapat bertahan hidup dalam waktu yang
lama pada area yang kurang cahaya, lembab, gelap dan akan mati jika terkena
sinar matahari, sabun, lisol
g.
Kepadatan
Semakin
padat penghuni akan semakin mempermudah penularan TBC.
h.
Tenaga kesehatan yang
merawat pasien TB aktif
i.
Melakukan perjalanan ke
daerah dengan angka TBC yang tinggi
j.
Sistem imun tubuh tidak
adekuat: kurang gizi, lanjut usia, bayi/ anak – anak yang mendapatkan obat
imunosupresan, HIV
4.
Anatomi
dan Fisiologi
Sistem pernafasan yang telah
berkembang sempurna terdiri atas paru, yang dilapisi oleh pleura viseral dan
terlindung oleh dinding dada, diafrgama pada kondisi normal berfungsi sebagai
otot pernafasan utama untuk ventilasi.
Sistem pernafasan di bagi menjadi saluran pernafasan atas
dan saluran pernafasan bawah:
a.
Saluran pernafasan atas
Hidung sampai bronkus distal, mukosa di btasi oleh epitel
kolumner semu berlapis, bersilia di sertai sel goblet yang memproduksi mukus.
b.
Saluran pernafasan bawah
Paru dibagi menjadi lobus-lobus,
paru-paru kanan 3 lobus dan paru-paru kiri 2 lobus. Pada akhir eksipirasi
sebagian besar isi paru adalah udara, sedangkan hampir separuh massa paru
terdiri atas darah. Serat jaringan ikat dan surfaktan berfungsi mempertahankan
integritas anatomis permukaan yang luas dan kompleks ini. Serat jaringan ikat
adalah struktur kolagen dan elastin yang tersusun sangat teratur.
Gambar 2.1:
Anatomi Paru-Paru
Paru
dan dinding dada adalah struktur yang
elastis , dalam keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru dan
dinding dada yaitu dinding pleura. Pleura secara anatomis merupakan satu lapis
sel mesotelial, ditunjang jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan pembuluh
getah bening. Rongga pleura dibatasi oleh 2 lapisan sel mesotelial, terdiri
atas pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura parietalis melapisi
otot-otot dinding dada, tulang dan kartilago, diafrgama dan mediastinum sangat
sensitif terhadap nyeri. Pleura viseralis melapisi paru dan menyusup ke dalam
semua fisura dan tidak sensitif terhadap nyeri. Rongga pleura individu sehat
terisi cairan 10 - 20 cc dan berfungsi sebagai pelumas di antara kedua lapisan
pleura.
Gambar 2. 2: Lapisan Pleura (pleura
viseral dan pleura parietal)
Sistem vaskular paru
memiliki dua komponen utama: pembuluh darah dan pembuluh bronkus. Arteri paru
adalah pembuluh darah yang mengandung otot polos dan berjalan bersama dengan
percabangan bronkus serta memberikan perfusi bagi parenkim paru. Pembuluh
bronkus berasal dari sirkulasi sistemis dan pada dasarnya mengalirkan darah ke
semua struktur intrapulmonal kecuali parenkhim termasuk percabangan bronkus,
pembuluh limfe dan sistem syaraf paru serta sekat jaringan ikat. Arteri bronkus
beranastomosis dengan kapiler sirkulasi paru tetapi pada keadaan normal hanya
berkontribusi sebesar 1-2% dari sirkulasi paru total. Aliran ini dapat
meningkat drastis pada keadaan peradangan kronik dan dapat menjadi sumber utama
hemoptisis.
Aktifitas bernapas
merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk pada saat bernapas dalam. Pada
waktu istirahat, pernapasan menjadi dangkal akibat tekananan abdomen yang
membatasi gerakan diafragma.
Inspirasi
Inspirasi adalah proses aktif kontraksi
otot-otot inspirasi yang menaikkan volume intra torak. Akhir inspirasi recoil
menarik dada kembali ke posisi ekspirasi karena tekanan recoil paru dan dinding
dada seimbang. Pada saat inpirasi, aliran udara ke rongga pleura dan paru
berhenti sebentar, ketika tekanan dalam paru bersamaan bergerak mengelilingi
atmosfer.
Ekspirasi
Pernafasan tenang bersifat pasif-tidak
ada otot-otot yang menurunkan volume untuk thorak berkontraksi. Tekanan intra
pleura adalah tekanan ukuran dalam, antara lapisan pleura dan lapisan pleura
dalam. Pleura parietal dan pleura viseral dipisahkan oleh selaput tipis pleura
yang berisi zat dan gas.
Volume
dan kapasitas paru
Volume
paru
Ada empat volume paru bila semua
dijumlahkan sama dengan volume maksimal paru yang mengembang yaitu :
a.
Volume tidal :
merupakan volume udara yang di inspirasikan dan di ekspirasikan di setiap
pernapasan normal, jumlahnya 500 cc
b.
Volume cadangan inspirasi
: merupakan volume tambahan udara yang dapat di inspirasikan diatas volume
tidal normal, biasanaya 3000 ml.
c.
Volume cadangan
ekspirasi : merupakan jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan
ekspirasi tidal yang normal, jumlah 1100 ml
d.
Volume sisa : volume
udara yang masih tersisa di dalam paru setelah kebanyakan ekspirasi kuat,
rata-rata 1200 cc.
Kapasitas paru
Kapasitas
paru sebagai berikut
a.
Kapasitas inspirasi :
sama dengan volume tidal, ditambah dengan cadangan inspirasi.
b.
Kapasitas sisa fungsional
: sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume sisa
c.
Kapasitas vital : sama
dengan volume cadangan ditambah dengan volume tidal dan volume cadangan
eskpirasi.
d.
Kapasitas total paru :
volume maksimum pengembangan paru dengan usaha inspirasi yang sebesar-besarnya
Ventilasi paru
Dari
seluruh proses ventilasi paru yang terpenting adalah kecepatan pembauran udara
dalam area pertukaran paru dan alveolus setiap menit udara atmosfer (ventilasi alveolus). Sistem
ventilasi paru adalah terus menerus memperbaharui udara dalam area pertukaran
gas paru, ketika udara dan darah paru saling berdekatan.
Ventilasi mekanis
Karena
ventilasi mekanik melibatkan adanya elastisitas , complain, tekanan dan
gravitasi:
a.
Elastisitas :
kembalinya bentuk asli setelah perubahan karena kekuatan dari luar
b.
Komplain : kemampuan
mengembang paru merupakan ukuran elastisitas, ditunjukan sebagai peningkatan
volume dalam parua-paru
c.
Tekanan : udara yang
ditangkap adalah campuran nitrogen dan
oksigen, dan sejumlah kecil karbondioksida dan uap air
d.
Gravitasi : adalah
akibat banyaknya pertukaran udara yang terjadi pada bagian atas paru daripada
dasar paru.
Cara
kerja pernapasan
a.
Pernapasan luar
Terjadi ketika ketidak
seimbangan molekul gas dalam ruang difusi luar tidak sampai ke molekul gas.
Kembalinya tekanan sementara akan mengganggu keseimbangan kekuatan tekanan
meningkatnya akan bertambah besar.
b.
Pernapasan dalam
Sebagai hasil oksigen
disebarkan arah vena keluar dari kapiler keluar pembuluh kapiler dan
karbondioksida diterima oleh pembuluh kapiler sampai tekanan bagian kapiler
sama dengan bagian membrane. Darah vena akan di transfer ke sirkulasi paru.
Ketika pernapasan luar memindahkan kelebihan CO2 dari kapiler bersama oksigen.
Transport
Oksigen
Transpor oksigen
melalui beberapa tahap :
a.
Tahap I
Oksigen dari atmosfer
masuk kedalam paru pada waktu menarik napas.
b.
Tahap II
Darah mengalir dari
jantung menuju ke paru untuk mengambil oksigen, yang berada dalam alveoli
c.
Tahap III
Oksigen yang telah berada
dalam pembuluh darah di edarkan ke seluruh tubuh.
d.
Tahap IV
Sebelum sampai pada sel
yang membutuhkan oksigen dibawa melalui cairan intertisial lebih dahulu
e.
Tahap V
Oksigen dari cairan intertisial
berdifusi masuk ke dalam sel, digunakan untuk reaksi metabolisme yaitu reaksi
oksidasi senyawa yang berasal dari makanan ( karbohidrat, lemak, protein)
menghasilkan H2O dan CO2.
Gambar
2.3: Pertukaran Oksigen Dalam Alveolus
5.
Patofisiologi
Tempat
masuk kuman mycobacterium tuberkulosis adalah saluran pernafasan, saluran
cerna, luka terbuka pada kulit, namun kebanyakan infeksi oleh bakteri
mycobacterium tuberkulosis akan ditularkan melalui inhalasi percikan ludah
(droplet) dari satu orang ke orang lain dan bakteri mycobacterium tuberkulosis
yang masuk akan membentuk kolonisasi dibronkiolus atau alveolus, selain itu bakteri
ini juga dapat masuk ke tubuh melalui saluran cerna, ingesti susu tercemar yang
tidak di pasteurisasi atau kadang melalui lesi kulit (Corwin, 2009). Saluran
pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis mycobacterium bovin, namum jarang
terjadi.
Ketika
terjadi droplet maka basil dapat bertahan selama 1-2 jam di udara bebas. Pada
saat kuman mycobacterium masuk ke dalam tubuh dan terjadi infeksi tubuh akan
memberikan respon imun dan respon inflamasi dengan cara makrofag akan bergerak
menuju tempat infeksi dengan bertujuan untuk mengepung serta mengisolasi bakteri
dan memakannya, namun karea struktur bacili yang sangat kuat membuat bacili
dapat bertahan maka bacili dapat bertahan dan menginfeksi makrofag. Respon
selular melibatkan sel T serta makrofag dimana makrofag mengelilingi basil dan
sel T beserta jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag dan basil yang
disebut dengan tuberkel yang akan mengalami kalsifikasi dan di sebut kompleks
ghon yang dapat dilihat pada pemeriksaan foto thorak. Sebelum ingesti bakteri
selesai materi tersebut mengalami pelunakan/ perkijuan (Irianti, 2014, Corwin,
2009)
Pada beberapa kasus, sel
pertahanan dapat merusak semua tubercle bacilli secara permanen. Pada beberapa
kasus, sel pertahanan tidak mampu untuk merusak semua tuberkel bacilli.
Tuberkel bacilli yang bertahan akan masuk ke dalam status dormant dan dapat bertahan lama.
Sepanjang waktu ini, bakteri tertidur. Pasien secara klinis tidak menunjukkan
tanda dan gejala dan tidak dapat menularkan ke orang lain. Kondisi tersebut
dikenal dengan TB laten (Irianti, 2014)
Bakteri
dormant dapat bangun kembali serta merusak dinding sel pertahanan dalam sebuah proses
yaitu Secondary TB infection. Hal ini dapat terjadi ketika imun tubuh
lemah dan tidak mampu melawan bakteri ataupun ketika bakteri sudah mulai memperbanyak
diri dalam jumlah yang banyak. Secondary
TB infection biasanya terjadi dalam 5 tahun (Irianti, 2014)
Respon
lain yang dapat timbul pada daerah nekrosis adalah pencairan di mana bahan cair
lepas ke dalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan kavitas.dan masuk ke
area traceobronkial dan proses ini basil dapat terbawa sampai ke laring,
telinga tengah atau usus. Pada saat ini organisme dapat memperoleh akses ke
sistem traceobronkial dan menyebar melalui udara ke orang lain. Basil tuberkel yang sampai pada permukaan
alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai
tiga basil, kumpulan basil yang lebih besar akan tertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit (Price, 2006). Setelah
sampai di alveolus biasanya di bagian bawah lobus atas paru atau bagian atas
lobus bawah basil akan menimbulkan peradangan. Alveolus yang terserang akan
menimbulkan konsolidasi.
Penyakit
ini dapat menyebar melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah. Organisme
yang lolos dari kelenjar getah bening dalam jumlah kecil akan sampai pada
aliran darah dan sampai pada organ lain dan menimbulkan lesi, penyebaran ini di
sebut dengan penyebaran limfehematogen yang biasanya akan menimbulkan TB milier
dimana hal ini terjadi akibat dari fokus nekrotik yang merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme yang masuk ke
dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ organ tubuh (Price, 2006).
Reaksi
imun dan inflamasi yang hebat di paru akan menyebabkan edema intertstitial dan
pembentukan jaringan parut yang permanen di alveolus dan meningkatkan jarak
untuk difusi oksigen dan karbondioksida sehingga pertukaran gas menjadi turun.
Jaringan parut dapat menyebabkan penurunan daya regang paru. Pembentukan
tuberkel dapat mengurangi luas permukaan untuk difusi gas sehingga kapasitas
difusi paru menurun. Jaringan fibrotik yang sangat luas yakni yang lebih dari
setengah jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru
sehingga akan menyebabkan peningkatan tekanan arteri pulmonal dan hipertensi
pulmonal diikuti dengan gagal jantung kanan
6.
Klasifikasi
Terdapat
beberapa pembagian golongan TBC:
a.
TBC paru
TBC
yang menyerang jaringan paru atau parenkim paru dan tidak termasuk pleura
Berdasarkan
pemeriksaan sputum TBC paru di bagi menjadi:
1)
TBC paru BTA aktif
-
2 dari 3 pemeriksaan
sputum SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu) hasil
BTA positif
- 1
dari 3 pemeriksaan sputum SPS hasil BTA positif dan foto thorak menunjukkan
gambaran tuberkulosis aktif
- 1
spesimen sputum SPS hasilnya BTA positif
dan biakan kuman TB positif
- 1
atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen sputum SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA
negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
2)
TBC paru BTA negatif
Pemeriksaan
3 spesimen sputum SPS hasil BTA negatif dan foto thorak menunjukkan gambaran
tuberkulosis aktif
b.
TBC ekstra paru
TBC yang menyerang
organ lain selain paru misalnya pleura, selaput otak, kelenjar limfe, tulang,
persendiaan, kulit, usus, ginjal , saluran perkemihan. TBC ekstra paru dibagi
menurut keparahan penyakitnya:
1) TBC
ekstra paru ringan
Misalnya adalah kelenjar
limfe, peluritis eksudat
2) TBC
ekstra paru berat
Misalnya meningitis,
milier, perikarditis, peritonitis, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran
kemih dan alat kelamin
c.
TBC berdasarkan riwayat
penyakitnya:
1) TBC kasus baru
1) TBC kasus baru
Penderita
TBC yang tidak mendapatkan terapi OAT atau pernah minum obat OAT kurang dari 1
bulan
3)
TBC kambuh
Penderita
TBC yang pernah mendapat pengobatan OAT
dan di nyatakan sembuh kemudian berobat
lagi dengan hasil pemeriksaan Sputum BTA positif
4)
Kasus setelah putus
berobat (Default )
Adalah
pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif.
5)
Kasus setelah gagal (Failure)
Adalah pasien yang
hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada
bulan kelima atau lebih selama pengobatan
Tabel 2.1 Sistem Klasifikasi TBC
Kelas
|
Tipe
|
Keterangan
|
0
|
tidak
ada pajanan TB, tidak terinfeksi
|
tidak
ada riwayat terpajan
reaksi
terhadap tes kulit tuberkulin negatif
|
1
|
terpajan
TBC, tidak ada bukti infeksi
|
riwayat
terpajan, reaksi tes kulit tuberkulin negatif
|
2
|
ada
infeksi TB, tidak timbul penyakit
|
reaksi
tes kulit tuberkulin positif pemeriksaan bakteri negatif (bila dilakukan),
tidak ada bukti klinis bakteriologik atau radiografik TB aktif
|
3
|
TB
aktif secara klinis
|
biakan
M. Tuberkulosis (bila dilakukan) sekarang terdapat bukti klinis,
bakteriologik, atau radiografik penyakit, riwayat episode RB
|
4
|
TB,
tidak aktif secara klinis
|
ditemukan
radiografik yang abnormal atau tidak berubah, reaksi tes kulit tuberkulin
positif
tidak
ada bukti klinis atau radiogarfik penyakit sekarang
|
5
|
tersangka
TB
|
Diagnosis
ditunda
|
7.
Tanda
dan Gejala (Corwin, 2009)
Pada tahap awal
tuberkulosis tidak memperlihatkan tanda gejala. Pada fase infeksi aktif
tuberkulosis akan memperlihatkan tanda dan gejala sebagai berikut:
a.
Fatigue
b.
Demam/meriang lebih
dari satu bulan
Demam
subfebril menyerupai demam influensa walau kadang dapat mencapai 40-410C.
Demam hilang timbul.
c.
Malaise
TBC
bersifat radang yang menahun sehingg menimbulkan gejala yang semakin lama
semakin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur. Gejala malaise
yang muncul adalah anoreksia, keringat malam hari, penurunan berat badan.
d.
Batuk purulent
produktif disertai nyeri dada pada infeksi akut lebih dari 2 minggu
Batuk terjadi karena
adanya iritasi pada bronkus. Batuk diperlukan untuk membunag produk radang
keluar. Sifat batuk di mulai dari batuk kering (non produktif) kemudian jika
sudah timbul peradangan menjadi batuk yang menghasilkan sputum (batuk
produktif).
Nyeri dada muncul jika
jika infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis
dan terjadi gesekan kedua pleura ketika terjadi proses bernafas.
e.
Dyspnea
Sesak nafas akan timbul
pada saat TBC sudah menginfiltrasi setengah bagian paru.
f.
Hempoptysis tidak
selalu ditemukan biasanya ditemukan pada kasus lanjut
Batuk
darah terjadi karena terdapat pembuluh darah yang pecah biasanya berasal dari
kavitas atau dari ulkus dinding bronkus.
8.
Pemeriksaan
Diagnostik (Corwin, 2009)
a. Tuberkulin
skin test/mantoux test
- Mantoux
test menggunakan protein purified derivat (PPD) yang digunakan untuk menentukan
seseorang terinfeksi mycobacterium tuberkulosis
- Pemeriksaan
kulit hanya untuk memperlihatkan imunitas sellular dan membuktikan bahwa
saluran nafas bawah pernah terpajan basil dan tidak ada tanda bahwa pernah
menderita tuberkulosis aktif.
- Test
dengan 0,1 ml PPD disuntikkan secara intadermal di bagian dorsal lengan bawah
dinilai 48-72 jam adakah indurasi. Hasil
uji tuberkulin dicatat sebagai diameter indurasi bukan kemerahan dengan cara
palpasi. Standarisasi digunakan diameter indurasi.
- Hasil
mantoux test dibagi dalam beberapa golongan yaitu:
Tabel 2.2 interpretasi hasil mantoux
test
Indurasi
|
Interpretasi
|
Indurasi
0-5 mm
|
mantoux
tes negatif= golongan no sensitivity
|
indurasi
6-9 mm
|
hasil
meragukan= golongan low grade sensitifity
|
indurasi
10-15 mm
|
mantoux
positif= golongan normal sensitivity
|
indurasi
> 15 mm
|
mantoux
positif kuat=golongan hipersensitivity, peran antibodi selular sangat
menonjol
|
b. Sputum
BTA
Pemeriksaan sputum berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan sputum untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen sputum yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) (Depkes, 2015).
S
(sewaktu) : sputum dikumpulkan pada saat suspek
TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot
sputum untuk mengumpulkan sputum pagi
pada hari kedua.
P
(Pagi) : sputum dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua,
segera setelah bangun tidur. Pot sputum dibawa dan diserahkan sendiri kepada
petugas di Fasyankes.
S
(sewaktu) : sputum dikumpulkan di Fasyankes pada
hari kedua, saat menyerahkan sputum pagi.
Pemeriksaan sputum dinyatakan
positif apabila ditemukan satu batang kuman BTA pada satu sediaan atau adanya
5000 kuman dalam 1 ml sputum.
1)
Sputum BTA
Pengumpulan sputum
paling baik adalah di pagi hari
lnterpretasi
hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :
2
kali positif, 1 kali negatif : Mikroskopik
positif
1
kali positif, 2 kali negatif : ulang BTA 3 kali
3
kali
negatif : Mikroskopik
negatif
Gambar
2.4 gambaran pemeriksaan sputum yang mengandung BTA positif
2)
Sedian langsung dengan
mikroskop fluorescen (pewarnaan khusus)
Pemeriksaan jenis ini
sensitifitasnya sangat tinggi namun jarang dilakukan karena di curigai bersifat
karsinogenik.
3)
Pemeriksaan Sputum
cultur
Pemeriksaan ini di
lihat 4-6 minggu setelah sputum di tanam dalam media biakan kuman tuberkulosis
mulai tampak, bila setelah 8 minggu koloni tidak tampak maka biakan dinyatakn
negatif.
4)
Sputum gen expert
(Meyer 2017)
Pemeriksaan sputum gen
expert digunakan untuk melihat dengan
cara cepat dan akurat untuk mengidentifikasi pasien TB di negara dengan beban TB tinggi dan negara berpenghasilan rendah
cara cepat dan akurat untuk mengidentifikasi pasien TB di negara dengan beban TB tinggi dan negara berpenghasilan rendah
5)
Pemeriksaan terhadap
resistensi
Pemeriksaan resistensi
M. Tuberkulosis terhadap OAT. Pemeriksaan tersebut
ditujukan untuk
diagnosis pasien TB yang memenuhi kriteria suspek TB-MDR
c. PCR
TB (Polymerase Chain Reaction)
PCR digunakan untuk
mendeteksi DNA M. tuberculosis. Pemeriksaan
ini dapat membantu untuk menegakkan diagnosis TB.
d. Test
IGRA (Interferon Gama Release Assay)
Pemeriksaan darah yang
fungsi untuk mengetahui adanta TBC latent.
Jika hasil IGRA
positif: berarti orang tersebut telah terinfeksi bakteri TB. Tes tambahan
diperlukan untuk menentukan apakah orang tersebut memiliki infeksi TB laten
atau penyakit TB.
IGRA Negatif: berarti bahwa darah orang tersebut tidak
bereaksi terhadap tes dan bahwa infeksi TB laten atau penyakit TB tidak mungkin
terjadi
e. Radiogarfi
Foto thorak merupakan
pemeriksaan yang sangat penting. Foto thorak dapat memperlihatkan adanya
tuberkel lama atau baru (Corwin, 2009). Adanya infiltrat pada lobus paru atas,
infiltrat di kavitas, adanya keterlibatan kelenjar getah bening (Lewis, 2011)
Pemeriksaan thorak foto
dilakukan pada saat:
1) Hasil
BTA negatif
Jika hasil pemeriksaan
BTA negatif maka diberikan AB spektrum luas selama 2 minggu jika tidak ada
perubahan dan hasil ulang sputum sewaktu tetap negatif maka dilakukan
pemeriksaan thorak foto
2) Hasil
BTA positif
Pada pemeriksaan hasil
BTA positif hanya sebagian kecil yang perlu dilakukan thorak foto yaitu pada
kondisi:
a) Penderita
mengalami komplikasi misalnya mengalamis sesak nafas berat
b) Penderita
sering hemoptisis
c) Hanya
1 dari 3 spesimen dahak sewaktu-pagi-sewaktu (SPS) hasilnya positif untuk
mendukung diagnosis TBC paru BTA positif
Gambar 2.5 gambaran
pemeriksaan thorak foto pada penderita TBC
f. Bronkoskopi
Bronkoskopi pada
penderita TBC sebagai diagnostik adalah dengan melaukan pengambilan sputum pada
bronkus sebgai bahan pemeriksaan
Diagnosis
menentukan pasien dengan tuberkulosis:
a. Pasien
dengan sputum BTA positif
- Pasien
dengan pemeriksaan sputum secara mikroskopis ditemukan BTA
- Satu
sediaan sputumnya positif disertai kelainan radiologis yang sesuai dengan TB
aktif
- Satu
sediaan sputumnya positif disertai biakan yang positif
b. Pasien dengan sputum BTA negatif
- Pasien
dengan sputum BTA sedikitnya 2 kali kali pemeriksaan tetapi gambaran
radiologisnya sesuai TB aktif
- Pemeriksaan
sputum secara makroskopis tidak ditemukan BTA sama sekali tetapi pada biakannya
positif
9.
Penatalaksanaan
Pengobatan
TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis dalam jumlah yang
cukup dan dosis yang tepat selama 6-8 bulan. Pengobatan intensif dan lanjutan
di telan sebagai dosis tunggal sebaiknya di minum pada saat perut kosong. Untuk
menjamin kepatuhan penderita menelan obat pengobatan perlu dilakukan dengan
pengawasan langsung (DOT= Directly
Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Syarat seorang PMO
adalah:
a. Seseorang
yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun
pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien.
b. Seseorang
yang tinggal dekat dengan pasien.
c. Bersedia
membantu pasien dengan sukarela.
d. Bersedia
dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
Yang
dapat menjadi PMO:
Sebaiknya PMO adalah
petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa, Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru
Immunisasi. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat
berasal dari kader kesehatan, guru, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau
anggota keluarga.
Tugas
PMO:
a. Mengawasi
pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan.
b. Memberi
dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur. Mengingatkan pasien untuk
periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan.
c. Memberi
penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-gejala
mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
WHO
(2017) menyebutkan bahwa salah satu cara dalam pengawasan minum obat selain
dengan PMO juga menggunakan VOT (Video Observed
Treatment) jika teknologi komunikasi tersedia dan dapat di atur meskipun
ini sebagai rekomendasi dengan kepastian yang rendah dalam bukti namun hal ini
dapat dilaksanakan.
Pengobatan TBC dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
a. tahap
I tahap intensif selama 2-3 bulan
pada tahap ini
penderita minum obat setiap hari dan di awasi oleh PMO, bila pengobatan ini
diberikan secara tepat biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam
kurun waktu 2 minggu. Sebagian penderita TBC BTA positif menjadi BTA negatif
pada akhir pengobatan intensif. Pada pengobatan intensif ini diperlukan
pengawasan yang ketat untuk mencegah kekebalan obat.
b. tahap
2 tahap lanjutan yaitu 4-7 bulan
pada tahap ini
penderita mendapat jneis obat yang lebih sedikit, namun dalam waktu yang lebih
lama. Pada tahap ini penting untuk membunuh kuman yang dorman sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
Panduan
pengobatan yang digunakan terdiri dari panduan obat utama dan panduan obat
tambahan:
Tabel 2.3 Jenis obat TBC
jenis obat
|
sifat
|
dosis
harian
|
efek
samping
|
tes efek samping
|
Obat Lini pertama
|
||||
Isoniazid/INH (H)
|
bakterizid
|
5
(4-6) mg/kgBB
|
neuritis
perifer, jaundices, hipersensitiv
|
SGOT,
SGPT
|
Rifampisin (R)
|
bakterizid
|
10 (8-12)
mg/kgBB
|
hepatitis,
febris, purpura
|
SGOT,
SGPT
|
Pirazinamid (Z)
|
bakterizid
|
25 (20-30)/kgBB
|
hepatoksik,
hiperuricemia
|
SGOT,
SGPT, asam urat
|
streptomycin (S)
|
bakterizid
|
15
(12-18)/KgBB
|
kerusakan
syaraf kranial, neprotoksik, hipersensitiv
|
tes
vestibular, audigram, Ureum, creatinin
|
Etambutol (E)
|
bakteriostatik
|
15 (15-20)/Kg BB
|
neuritis
optik, skin rash
|
SGOT,
SGPT
|
obat Lini ke 2
|
||||
Kanamycin
|
|
15-30 mg/kgBB
|
kerusakan
syaraf kranial, neprotoksik, hieprsensitiv
|
ureum,
creatinin
|
Capreomicin
|
|
15-30mg/kgBB
|
kerusakan
syaraf kranial, neprotoksik, hieprsensitiv
|
ureum,
creatinin
|
Cycloserin
|
|
10-20mg/KgBB
|
depresi,
psikosis
|
pemeriksaan
neurologi
|
Ethionamid
|
|
15-30mg/KgBB
|
dematitis,
GI distress, neuritis perifer
|
SGOT,
SGPT
|
Panduan pengobatan yang
di gunakan adalah:
Kategori
1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori
2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Pengobatan
Tuberkulosis Resistan Obat
Secara
umum, prinsip pengobatan TB resist obat, khususnya TB dengan MDR adalah sebagai
berikut:
-
Pengobatan menggunakan
minimal 4 macam OAT yang masih efektif.
-
Jangan menggunakan obat
yang kemungkinan menimbulkan resistan silang (cross-resistance)
-
Membatasi pengunaan
obat yang tidak aman
- Paduan
pengobatan ini diberikan dalam dua tahap yaitu tahap awal dan tahap lanjutan.
Tahap awal adalah tahap pemberian suntikan dengan lama minimal 6 bulan atau 4
bulan setelah terjadi konversi biakan.
- Lama
pengobatan minimal adalah 18 bulan setelah konversi biakan Dikatakan konversi
bila hasil pemeriksaan biakan 2 kali berurutan dengan jarak pemeriksaan 30
hari.
- Pemberian
obat selama periode pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan menganut prinsip
DOT = Directly/Daily Observed Treatment, dengan PMO diutamakan adalah tenaga
kesehatan atau kader kesehatan.
10. Komplikasi
a.
Sepsis
b.
MDR TB (Corwin, 2009)
MDR
TB terdapat 2 jenis yaitu:
1)
Resistensi primer yaitu
resistensi yang timbul pada penderita yang terinfeksi pertama kali dengan
organisme yang resisten
2)
Resistensi sekunder
Resistensi
terjadi penderita TBC tidak menyelesaikan program pengobatan hingga tuntas
sehiangga basil tidak lagi responsif terhadap antibiotik yang digunakan. Pada
kasus MDR TB diperlukan terapi yang lebih toksik dan mahal dengan kecenderungan
mengalami kegagalan.
c.
TB milier
Dalam
jumlah banyak bakteri dapat masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke organ tubuh
yang lain yang di sebut dengan TB milier
d.
Pleura Effusi dan Empyema
Pleura efusi dapat
disebabkan oleh invasi bakteri ke dalam pleura dan memicu terjadinya reaksi
inflamasi dan pengeluaran eksudat yang berisi bnayak protein.
e.
Pneumonia TBC
Aku
pneumonia terjadi ketika bakteri dalam jumlah banyak melepaskan granuloma ke
dalam paru atau kelenjar limfe.
f.
Penyebaran ke organ
lain
Ini adalah komplikasi
yang serius terutama pada area sentral sistem syaraf dengan adanya inflamasi
pada selaput meningen yang ditandai dengan iritabel, kaku kuduk serta adanya
kesadaran menurun. Bisa juga menginfeksi usus,area
tulang, sendi, ginjal, kelenjar adrenal, kelenjar limfe, saluran genital pada
laki-laki atau perempuan
B. TINJAUAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
-
Batuk produktif, batuk darah.
-
Riwayat tuberkulosis
-
Riwayat pengobatan tuberkulosis (terputus, gagal)
-
Riwayat infeksi saluran napas atas
-
Kebiasaan merokok
-
Kaji tempat tinggal ventilasi cahaya matahari sumber
polusi sekitar rumah
-
Riwayat
orang yang tinggal serumah menderita TB
b. Pola
nutrisi metabolik
-
BB menurun : mual dan muntah, anoreksia.
-
Demam, keringat malam hari.
c. Pola
aktivitas dan latihan
-
Lekas lelah, batuk-batuk banyak dahak, hemoptisis
-
Banyak keringat malam hari
-
Tachypnea
-
Nyeri dada pleuritik
-
Sesak
d. Pola
tidur dan istirahat
-
Tidur terganggu karena batuk dan nyeri dada.
e.
Pola persepsi dan konsep diri
-
Malu terhadap penyakitnya.
f. Pola
persepsi kognitif
-
Nyeri dada
-
Nyeri otot.
g.
Pemeriksaan fisik
-
Inspeksi
Lihat
apakah klien ada kesulitan bernafas, kesimetrisan lapang paru, ada scar
pembedahan, bentuk dada, ekspresi wajah, tingkat kesadaran.
-
Palpasi
Kaji
fremitus taktil
-
Perkusi
Perkusi
semua lapang paru (baik didepan maupun dibelakang) kaji apakah suara paru
dullness, resonance atau hyperresonance.
-
Auskultasi
Kaji
suara nafas tambahan
2. Diagnosa
Keperawatan dan Intervensi (Gulanick & Myers,
2017)
a. Infeksi
berhubungan dengan perjalanan proses perjalanan penyakit yang ditandai dengan
adanya batuk dengan sputum yang purulent, pemeriksaan sputum yang positif,
peningkatan suhu badan pada sore hari, keringat pada malam hari, kehilangan
berat badan, fatique
HYD: pengobatan pasien efektif dengan ditandai tidak
ada demam
NOC : Status infeksi,
pengobatan respirasi
NIC :
1). Kaji jumlah, warna dan
konsistensi sputum
R/ : Sputum berwarna Kuning, Kuning-hijau,
mengindikasikan adanya infeksi pada pernapasan. Hemoptysis dapat menjadi tanda
dari TB
2). Kaji suhu tubuh
R/ : demam menandakan adanya infeksi
3). Kaji kultur suputum
R/ : Kultur sputum dapat menunjukkan apakah
obat antimikroba efektif atau tidak
4). Pertahankan isolasi
R/ :
Isolasi diperlukan sampai diketahui obat berespon dengan baik.
5) Ajarkan
pasien untuk mentup mulut pada saat batuk atau bersin
R /: Mengurangi kontaminasi
droplet
6) Jaga
pintu ruangan pasien tetap tertutup dan berikan tulisan “isolasi’
R/ ruangan khusus akan
menjaga tekanan negatif untuk mencegah penyebaran partikel keluar ruangan
7) Gunakan
masker. Semua orang yang memasuki ruangna pasien harus menggunakan masker
R / : agar efektif masker
harus didesain untuk memfilter droplet
8) Ajarkan
pengunjung untuk mengikuti aturan isolasi
R / : mencegah penyebaran
infeksi
9) Ajarkan
pasien teknik mencuci tangan setelah membuang sputum
R / : mencuci tangan yang
tepat dapat menghilangkan mikroorganisme dari tangan
10)
Pertahankan diet protein
tinggi, diet tinggi kalori dan peningkatan diet cairan
R/ : Mempertahankan status
nutris yang optimal
11)
Monitor efek samping
pengobatan (Isoniazid, Rifampin, Pyrazinamide, Ethambutol)
R/ : Pasien dengan pengobatan
perlu dikontrol setap bulan untuk melihat efek dari obat, serta respon terhadap
terapi yang diberikan
12)
Monitor interaksi obat pasien
terhadap obat lainnya yang dikonsumsi
R/ : Pada pasien usia lanjut
biasanya disertai dengan penyakit hati dan jantung sehingga perlu diperhatikan
interaksi antar obat TB dan obat lainnya
13)
Laporkan semua kejadian TB
R / : sebagai koordinasi dan
follow up terhadap penyedia layanan kesehatan.
b. Pola Napas Tidak Efektif
berhubungan dengan penurunan volume paru
HYD:
pasien dapat mempertahankan pernafasan yang normal
NOC:
status respirasi ventilasi
NIC :
Status Monitoring
1)
Kaji Status Respirasi. Catat
kedalaman, kecepatan dan karakteristik pernapasan.
R/ : gejala dapat ditunjukkan lewat
kondisi pernapasan yang kronis
2)
Kaji Batuk
R / :
batuk menjadi sering dan nyeri dada pada saat batuk
3)
Kaji secret, meliputi warna,
jumlah dan konsistensi
R/ : Hemoptysis ditemukan dalam kasus
yng lebih parah
4)
Asukulatsi paru untuk
mengetahui suara paru normal dan abnormal
R/ : Bronki dan Crakels bisa ditemukan
5)
Monitor tanda-tanda vital
R/ : TTV rendah menunjukkan adanya deman
terutama disore hari.
6)
Monitor saturasi oksigen dan
AGD
R/:
Penurunan saturasi oksigen dan peningkatan PaCO2 menunjukkan hipoksia.
7)
Beri terapi oksigen sesuai
kebutuhan
R/ :
meningkatkan kerja pernapasan
8)
Pertahanakan cairan
R / :
cairan mempermudah sekresi expektorasi
9)
Pertahankan posisi semi
fowler
R/ :
mempermudah pernapasan
10)
Bantu pasien untuk batuk
efektif, mengubah posisi dan napas dalam
R/ :
meningkatkan produktivitas batuk
11)
Sediakan waktu untuk istirahat
R/ :
membantu dalam mendapatkan energy sehingga pernapsan efektif
c.
Ketidakefektifan
Regimen Pengobatan berhubungan dengan sistem nilai pasien
mengenai kepercayaan spiritual, budaya, pengobatann yang lama, ketidaktahuan
proses penyakit, kurang motivasi, ketidakmampuan untuk follow up up, kesulitan
financial, pertahanan bahasa ditandai dengan terlihat reaktivasi TB pada
pemeriksaan sputum , terlihat malnutrisi, obat yang resisten
HYD: pasien memperlihatkan
pengobatan yang optimal, taat pada jadwal pengobatan, batuk berkurang, berat
badan naik
NOC : Pengetahuan pengobatan,
sikap ketaatan
1) Kaji
pasien meliputi penurunan berat badan, peningkatan batuk, hijau-abu sputum
purulent, resistensi obat, budaya dan sensitivitas
R/ : hal-hal ini potensial
dalam menunjukkan kurangnya peningkatan kondisi
2) Kaji
penyebab meliputi pengetahuan tentang pengobatan, keuangan, emosi dan Bahassa
R/ : agar efektif intervensi
harus diberikan secara spesifik pada pasien sesuai kebutuhannya
3) Lihat
hasil laboratorium apabila ada perubahan terutama mengenai efek samping obat
R/ : manifestasi spesifik
dapat memperingatkan penyedia kesehatan untuk berhati-hati
4) Monitor
tanda dan gejala seperti warna urine yang bisa berhubungan dengan efek samping obat
R/ : memperlihatkan efek samping obat secara
spesifik
5) Ajarkan
pasien mengenai penyakit yang meliputi definisi, tanda dan
gejala, pengobatan dan
pencegahan infeksi
R/ : pasien dengan
pengetahuan yang baik akan lebih terlibat aktif dalam
regimen
pengobatan
6) Diskusikan
mengenai pentingnya regimen pengobatan
R/ : banyak pengobatan gagal
karena pasien putus obat, minum obat tidak teratur, atau tidak mau minum obat
sama sekali. Jelaskan bahwa dengan tidak minum obat teratur pasien akan menjadi
resisten terhadap obat-obatan tersebut.
7) Perhatikan
efek samping dari pengobatan
R/ : pasien dengan pengobatan
TB harus segera melaporkan apabila ada tanda dan gejala hepatitis.
8) Ajarkan
teknik isolasi pada keluarga untuk perawatan dirumah
- Pasien
tutup mulut saat batuk dan bersin
- Ajarkan
cara menggunakan dan membuang tissue yang tepat
- Ajarkan
pasien cuci tangan setelah batuk dan bersin
R/ : kebanyakan anggota
keluarga menjadi tertular pengobatan akan efektif apabila pasien telah memasuki
tahap infeksius
9) Jelaskan
tentang pentingnya nutrisi pada saat pengobatan TB
R/ : kebutuhan nutrisi yang cukup meningkatkan
kekuatan pasien
10) Yakinkan
pasien untuk berhenti merokok
R/ : merokok dapat
meningkatkan kejadian bronchitis dan disfungsi
Pernapasan
11) Libatkan
organisasi sosial untuk mendukung pasien dan keluarga
R / : lewat organisasi ini
pelayanan kesehatan dapat terus-menerus diberikan
3.
Discharge Planning(Muttaqin, 2012)
a. Evaluasi kondisi klien dan keluarga tentang
keadaan lingkungan, termasuk lingkungan rumah, tempat bekerja dan orang-orang
yang kontak dengan klien sewaktu TB masih aktif untuk mengidentifikasi faktor
resiko penyebaran infeksi dan infeksi berulang.
b. Anjurkan klien untuk selalu menggunakan
masker.
c. Menutup mulut dan hidung saat batuk
d. Ajarkan cuci tangan setelah batuk dan bersin
e. Minum 1,5-2 liter dalam satu hari
f. Diit Tinggi Kalori Tinggi Protein
g. Libatkan keluarga yang disegani sebagai PMO
h. Ajarkan teknik isolasi di rumah
i.
Anjuran berhenti merokok
j.
Ventilasi rumah di buka saat siang hari, penataan pencahayaan ruangan
dann kebersihan lingkungan
k. Kaji status fisik dan psikis klien mengenai
kemampuan untuk patuh selama program pengobatan TB.
l.
Kaji kembali pengetahuan klien dan keluarga terhadap pengetahuan
proses penyakit yang telah diberitahukan sebelumnya.
m. Diskusikan secara bersama klien dan keluarga
tentang jadwal pemeriksaan ulang di rumah sakit dan informasikan kepada klien
sumber untuk promosi kesehatan dan pemeriksaan kesehatan.
n. Ajarkan untuk mengenali efek samping obat yang
di konsumsi
C.
PATOFLOWDIAGRAM
Comments
Post a Comment